Translate

Rabu, 22 Mei 2013

Menjelajah 4 Negara (Malaysia, Vietnam, Cambodia, Thailand)

Ini adalah perjalananku yang terlama selama ini, yaitu 9 hari 8 malam menjelajah 4 negara yaitu : Malaysia, Vietnam, Cambodia dan Thailand.

Bermula dari promo Mandala/Tiger airways dibulan November 2012 yang cuma Rp. 100 (bener kok seratus rupiah doang… bukan seratus ribu rupiah lho… cuma sayangnya ketambahan Rp. 25.000 untuk charge kartu kredit karena ga bisa pakai debit card) untuk penerbangan Surabaya – Kuala Lumpur, jadilah kita cari tiket murah untuk penerbangan selanjutnya dari Kuala Lumpur, karena kita kan udah pernah ke Kuala Lumpur. Dan setelah dicari-cari dapat juga tiket murah ke Ho Chi Minh pakai Airasia, dan akhirnya diputuskan mau sekalian ke negara tetangganya yaitu Cambodia dan lanjut ke Bangkok pakai jalan darat, dan kembali ke Indonesia dari Bangkok ke Surabaya pakai penerbangan  Airasia lagi. Perjalanan berlangsung dari 6 Maret 2013 sampai 14 Maret 2013.

Berikut itinerary yang aku buat selama menjelajah 4 negara tersebut :


ini jadwal selama perjalananku kali ini....entah kenapa ga bisa copy langsung dari excel ke blog ya...??? Padahal aku pernah copy paste dari excel langsung bisa lho... sekarang susah banget, garis-nya hilang semua. Ya beginilah jadinya....terpaksa pakai paint (T_T)) hiks...jelek banget... Ada yang tau caranya gak ??

Semalam di Kuala Lumpur
Hari 1 : 06 Maret 2013

Tepat pukul 14.00 WIB, kami ber-empat : aku, adikku Lusi, mba Elvi & Ika berangkat dari bandara Juanda ke Kuala Lumpur dengan Tiger airways. Sebenarnya kali ini rombongan harusnya ber-enam, tapi sayangnya bu Dir Ester lagi ada "urusan yang tidak bisa ditinggalkan" dan Evi anaknya sakit dan harus masuk rumah sakit. Next trip yang lengkap ya rek... ga ada kalian ga GJ.

ready to go... kebayang ga sih selama 9 hari cuma bawa 1 tas ransel aja..., tapi ternyata bisa lho...

Sebelumnya kita sempat khawatir, karena ada issue kalau Tiger/Mandala ini kadang tiba2 ga jadi terbang, makhlum tiket murah banget….ehhh ternyata cuma issue doang...hmmm 100 rupiah udah bisa ke Kuala Lumpur..., kapan ada lagi ya..??

Kita sampai di KL jam 16.30 waktu setempat. Setelah urusan imigrasi selesai kita langsung beli tiket Fast Train tujuan KL Sentral seharga RM12.5 (sudah termasuk shuttle bis yang membawa kita ke stasiun Salak Tinggi – stasiun fast train terdekat dari LCCT - shuttle busnya warna ungu dan menunggu di seberang coffee bean cafe). Kalau menurutku emang paling enak naik Fast Train ini dari pada naik bus, emang sih lebih mahal (kalau bus sekitar RM9), tapi lebih cepat nyampenya. Setengah jam sudah sampai di KL Sentral, pusatnya segala macam moda transportasi darat di Kuala Lumpur. Dari KL Sentral, kita langsung naik LRT ke Pasar Seni tempat hostel kita berada.


inside Fast Train


Dari Stesen Pasar Seni, Raizzy’s Hostel tempat kita akan menginap cuma berjarak 5 menit jalan kaki. Tempatnya enak banget, nyaman dan cozy, dekat stesen LRT dan halte bus, dekat dengan salah satu tourist spot yaitu Sri Mahariaman temple  (sebelahnya malah), serta dekat dengan tempat makan dan belanja. Kita ambil yang dorm campur isi 8 orang seharga RM19 perorang permalam, sekamar dengan pasangan kekasih dari Inggris. Saat check-in, masing-masing akan diberi satu selimut dan satu handuk serta dikasih password wifi dan password pintu masuk. Saat check-out jangan lupa bawa kembali handuk dan selimut tadi ke reception sebagai bukti kita udah check-out…hehehehehe.. Kita nggak dimintain uang deposit, mungkin karena kita cuma 1 hari doang.


Tourist spot : Sri Mahariaman temple tepat di sebelah Raizzy's hostel


kamar yang kita tempati




ada 4 kamar mandi di tiap tingkat, cuma 2 kamar mandi yang ada tempat pup-nya, jadi kalau ga kepengin antri harus bangun pagi-pagi.



Karena Central Market dekat banget dengan Raizzy's hostel ini (ga sampai 5 menit jalan kaki), maka kita mencari makan malam di Central market.





menu makan malam kita : nasi goreng + tom yam

pemakan segala ---- karnivora dong...hehehehe kidding lho, tapi bener kan Lus ??
lha makan kok pake wajan....

Di Kuala Lumpur kita juga sekalian ketemuan sama eks. teman sekantor kita, Yuni yang tinggal di Kuala Lumpur dengan suaminya.


sekalian reuni..

Selesai makan malam kita langsung menuju Petronas. Meskipun udah pernah kesana, tapi kan ga afdol kalau udah sampai Kuala Lumpur tapi ga mampir ke Petronas (^_^).

 Thanks to Yuni & suami yang sudah bersabar nemenin kita jalan-jalan...(^_^))

 nice..

Setelah puas berfoto di depan Petronas, kita balik ke hostel…..tiduuurrrr…



Ho Chi Minh City - "the motorbike city"
Hari 2: 07 Maret 2013


Pagi ini kita nggak terburu-buru bangun, karena penerbangan kita ke Ho Chi Minh City baru jam 12 siang dan kita nggak ada rencana kemana-mana lagi di KL ini. Setelah mandi, sarapan dan check-out, kita menuju ke LCCT menggunakan Fast Train lagi. Jadi emang kita di Kuala Lumpur ini kayaknya cuma tempat transit saja, numpang tidur semalam.


Perjalanan ke HCMC berjalan mulus selama 2 jam, meskipun waktu di LCCT kita sempat hampir salah masuk pesawat… Aneh deh di LCCT ini, tempatnya gede tapi petugas yang menjaga waktu penumpang menuju pesawat kurang, sehingga kita jadi bingung sendiri arah mana yang harus kita ambil karena petunjuknya sendiri bagiku sih membingungkan. Untungnya salahnya berombongan, coba kalau sendirian bisa-bisa kita terbang ke negara lain tuh…

fly to Ho Chi Minh City
Than Son Nhat airport dari dalam pesawat

Sampai di Than Son Nhat airport (kalo ga salah bacanya : Tan Son Nyat) jam 1 siang, dan tidak ada perbedaan waktu dengan Indonesia. Setelah urusan imigrasi selesai, kita langsung nyari money changer untuk nukerin sebagian USD kita. Salah satu money changer menawarin kita rate yang lebih tinggi daripada money changer sebelah-sebelahnya yaitu 1USD=VND21.000. Akhirnya aku dan adikku tukerin masing-masing USD50, jadi total USD100, seharusnya kan dapat VND 2.100.000,-…. Wah kita langsung seneng nih, serasa jutawan…hehehehe… tapi ternyata kita ditipu tuh sama money changer-nya, tapi sebenarnya salah kita juga kenapa nggak dihitung dengan teliti uang yang kita terima tadi. Nyadarnya pas udah di dalam bis, waktu mau bayar kok yang VND100.000 gak ada, adanya VND2.000.000 + VND10.000…. walahhhh… karena kita belum terbiasa dengan pecahan VND kita jadi ga jeli mbaca nol dibelakang angka uang-uang tsb. Dan kejadian yang sama juga dialami oleh mba Elvi & Ika yang juga sama2 tukar USD100.. hadewww… belum-belum udah kena tipu.

Jadi hati-hati ya kalau tukar uang (nggak di bandara saja), pastikan dulu rate-nya sudah disetujui lalu hitung di depan petugas money changer uang yang kita dapatkan. Menurut pengalamanku, nilai tukar paling bagus kita dapatkan di toko emas di dekat Opera house, trus nilai tukar paling jelek waktu kita tukar di kantor pos karena dihargai sesuai pecahan uang yang kita tukarkan, semakin kecil nilai uang maka nilai tukar semakin kecil. Kalau mau aman ya tukar di bank saja, karena nilainya sudah tertera jelas di papan pengumuman bank dan nilai tukar sama saja berapapun pecahan uang kita.

Paman Ho Chi Minh ada di tiap uang Vietnam. Vietnam adalah pemilik pecahan terbesar di Asean yaitu VND500.000,- dan kalau nggak salah yang kedua di dunia setelah dollar Zimbabwe

Mencari bis yang menuju Pham Ngu Lao (area backpacker tempat penginapan kita) sangat gampang. Begitu keluar pintu kedatangan, langsung aja belok kanan dan cari tiang no. 13 (kira-kira 100 meter dari pintu keluar). Bis-nya ada di seberang tiang 13 ini, bis AC nomor 152 bayarnya VND5000 per orang. Di bandara Than Son Nhat ini tiap tiang pancang diberi penanda nomor, aku juga ga tau maksudnya buat apa, mungkin buat mempermudah saja. Oiya… jangan lupa minta peta HCMC di tourist office di bandara, gratis.



tiket bus

Setengah jam naik bis, kita sudah sampai di terminal dekat Ben Thanh market, patokannya bundaran persimpangan enam yang sangat ramai dan ditengahnya ada taman dengan patung orang menunggang kuda (kalau di Indonesia semacam patung Pangeran Diponegoro yang biasanya banyak dipajang di perempatan jalan). Ada beberapa patung orang menunggang kuda di HCMC, tapi ini yang ada di persimpangan enam. Kita turun di terminal ini dan kemudian lanjut jalan kaki kira-kira 10 menit ke penginapan.

nih patung orang naik kuda yang kumaksud, tepat berada di simpang enam depan Ben Thanh market

 beberapa spot bangunan yang ada di simpang enam Ben Thanh

Cho Ben Thanh = Ben Thanh market

Penginapan kita namanya Mai Guesthouse di 241/41 Pham Ngu Lao Street, Ho Chi Minh City seharga USD72 untuk 3 malam dan bisa diisi untuk 4 orang. Jadi perorang-nya cuma bayar USD 18 untuk 3 malam, murah kan…. Kamarnya rapi dan bersih, pemiliknya juga ramah dan helpful banget, sayangnya ga ada lift jadi lumayan gempor juga kaki kalau pas naik karena kamar kita ada di lantai 5. Dan letak hotel ini tidak pas dipinggir jalan, masih masuk gang sehingga kalau kita nggak rajin nanya ke orang bakalan kelewat deh gang tersebut, karena gang-nya kecil banget cuma bisa buat lewat sepeda motor atau pejalan kaki.



 kamar kita di Mai Guesthouse, bisa untuk 4 orang...

 ada TV, kulkas + 2 complimentary air

kamar mandi...bersih. Jangan lupa kunci kamar dititipin ke pemilik rumah bila hendak keluar, biar kamar kita dibersihin tiap hari.

Tanpa buang waktu, setelah meletakkan barang bawaan di kamar, kita langsung menuju Ben Thanh market mau makan siang. Agak susah juga cari makanan halal di sini, karena rombongan kami ada yang muslim jadi untuk menghormati dan lagian kan ga seru kalau makan sendiri-sendiri, jadi kita cari makanan halal. Kecuali kalau mau makan fastfood, disini juga banyak kok McDonald, Lotte atau Pizza Hut. Akhirnya dibelakang pasar Ben Thanh ada rumah makan Malaysia namanya Serai Restaurant, tepatnya di jalan Thu Khoa Huan no. 22, sebelah kanan jalan kalau keluar dari Ben Thanh market pintu belakang. Lumayan enak tapi agak mahal. Jadi kita pesen beberapa makanan dan dibagi untuk 4 orang. Didepan restaurant ini juga ada rumah makan halal juga, tapi lupa nama restaurannya.

 
 Mee Mamak khas Malaysia

Kampung Fried Rice

 


daftar harga menu-menu halal


Selesai makan, kita langsung jalan ke Bach Dang port untuk beli tiket hydrofoil ke Vungtau buat besok, karena takutnya kalau beli langsung besok udah kehabisan, apalagi kalau perginya pas week-end biasanya tiketnya udah sold-out. Kita langsung beli PP, perorangnya VND400.000 untuk pulang pergi dengan menggunakan Vina Express.

 time table Vina Express

harganya beda untuk weekday dan weekend

Urusan tiket hydrofoil selesai, kita lanjut jalan keliling HCMC. Sebelumnya pemilik hotel memberi kita fotocopy-an peta HCMC distrik 1, dan kita di”briefing” sebentar sama dia, bahwa HCMC itu kecil dan kalau mau kemana-mana juga dekat ga perlu naik taksi, jalan kaki saja bisa terkunjungi semua karena hampir semua objek wisata di HCMC tersentral di Distrik 1. Dan memang benar, dari Bach Dang port (tempat kita beli tiket Hydrofoil) melewati Majestic Hotel belok ke kiri kemudian jalan dikit udah ketemu sama Opera House. Di depan Opera House ada taman tempat melemaskan kaki sambil makan buah dan menikmati foto-foto sejarah HCMC yang dipajang di taman tersebut.


di depan Opera House


  taman di depan opera house



ada pameran foto-foto jaman perang vietnam di taman tsb.

penjual buah di depan opera house (one of my favorite picture)
 

Sedikit intermezo : Di Ho Chi Minh city ini semua mobil pakai setir kiri, jadi kebalikan dengan di Indonesia. Kalau mau menyeberang jalan, lihat kiri dulu ya.... Aku selama di HCMC sering keliru kalau mau menyeberang lihat ke kanan dulu dan akibatnya langsung klakson2 kendaraan menyalak...hahahaha. Dan hati-hati juga dengan pengendara sepeda motor, karena jumlah sepeda motor di Vietnam yang luar biasa banyak dan semuanya ngawur. Usahakan kalau menyeberang dilakukan beramai-ramai karena ngeri banget kalau nyeberang sendirian di sini.

Balik lagi...., tujuan selanjutnya adalah Notredame Katedral. Sepanjang menuju Notredame banyak bangunan-bangunan khas Perancis yang bisa kita jadikan objek foto, karena dulunya Vietnam dikuasai oleh Perancis jadi bangunan & tata kota-nya juga mengadopsi negara tersebut.


Hotel Continental Saigon

didepan salah satu high class mall yang bangunannya masih dipertahankan seperti aslinya

dari jauh Notredame Katedral sudah terlihat...

Notre Dame, namanya persis sama dengan Notredame katedral di Perancis karena bangunan ini memang dibangun saat penjajahan Perancis dan bangunannya dibuat mirip dengan aslinya. Tapi sayangnya karena udah sore kita ga bisa masuk kedalam gereja. Jam kunjungan turis adalah jam 08.00-11.00 dan 15.00-16.00 untuk weekday saja. Kalau weekend gereja ditutup untuk kunjungan turis karena digunakan untuk misa. Misa dalam bahasa Inggris bisa diikuti tiap hari Minggu jam 09.00 pagi.

Notredame dari depan, dengan patung Regina Pacis didepannya

susah banget foto di depan katedral ini tanpa ada orang yang lewat bersliweran

bagian belakang Notredame katedral, disini lebih sepi

Notredame dari samping, disini juga lebih sepi

inside Notre Dame, ga bisa masuk karena sudah lewat dari jam kunjungan, cuma bisa foto dari gerbangnya aja.

Tujuan selanjutnya adalah nonton water puppet show, dan sambil cari alamatnya berbekal peta, tidak lupa untuk tetap narsis sepanjang jalan...hehehehe



 HCMC benar-benar kota yang penuh dengan taman yang indah-indah, hutan kotanya mantap...

sepanjang pedestrian juga asri...

tapi awas...hati-hati semua pengendara sepeda di sini ngawur, pedestrian juga dipakai untuk lewat dan mereka ga mau kalah sama pejalan kaki.

 

gedung-gedung bergaya perancis

Akhirnya sampai juga di tempat water puppet tsb. Dan untungnya pas waktunya. Karena pertunjukan kedua dimulai jam 06.30 dan kita sampai disana kurang 15 menit dan itupun sudah tiket yang terakhir. Tapi untunglah tiket terakhir karena ternyata malah dapat tempat duduk depan sendiri. Heran kenapa tempat duduk depan sendiri malah habis terakhir…?? Ternyata kalau duduk depan sendiri kita bisa “sedikit” basah saat pertunjukan berlangsung…hehehehe. Sekali sesi pertunjukan bisa menampung 100 penonton dengan kursi seperti kursi di bioskop, jadi meskipun dapat kursi di belakang sendiri tetap akan kelihatan panggung bonekanya.


jam pertunjukan

nih tampak depan gedung pertunjukan water pupet-nya.  Namanya Golden Dragon Water Puppet Theatre. Gampang kok carinya, soalnya gedungnya penuh dengan lampu dan disebelahnya persis adalah toko pakaian ala korea yang musiknya luar biasa kerasnya.

Water Puppet keren, nggak rugi nontonnya. Dan kita heran gimana dan dimana orang yang menggerakkan boneka-boneka tsb, masak nyelem di bawah air, karena pada akhir acara semua dalang boneka tsb keluar ke panggung dan semuanya basah kuyup lho, nggak tau sembunyi dimana mereka… mungkin dibalik kerai panggung. Pertunjukannya sendiri dalam bahasa Vietnam dan tidak ada terjemahannya tapi kita ngerti kok apa yang dipertunjukkan tsb, dan kita dikasih semacam leaflet untuk panduan cerita yang dipertunjukkan disetiap sesinya.

 foto dulu sama maskot

 tiket masuk

Ada 17 cerita yang dimainkan selama 50 menit tersebut, yaitu :
1. Raising the Festival Flag
2. The narator
3. Dragon Dance
4. On a Buffalo with a Flute
5. Agriculture
6. Catching Frogs
7. Ducks
8. Fishing
9. Wide exam
10. Lion Dance
11. Phoenix Dance
12. Legend of Restored Sword
13. Children playing in water
14. Boat Racing
15. Unicorns play with balls
16. Fairy dance
17. Dance of four Holy Animals

panggung...


boneka-boneka beraksi... hayo dimana dalangnya ??

Selesai pertunjukan, diluar gedung dijual miniatur boneka puppet tersebut seharga VND60.000 untuk yang kecil, yang besar VND80.000. Menurutku mahal, tapi untuk kenang-kenangan ga apalah aku beli sepasang, lagian ga ada di Indonesia.

Selanjutnya kita mau balik ke hotel sekalian makan malam. Dan malam ini sambil makan kita mau coba kopi Vietnam. Dekat hotel ada Highlands café, jadi masuklah kita ke situ dengan tujuan untuk beli kopi, dan ternyata di café tersebut juga disediakan makanan, jadi pas kan dengan tujuan kita, dan sekalian ngadem dan nge-net gratis juga..hehehehe. Tapi sayangnya banyak menu-menu makanan yang sudah habis, padahal masih jam 8 malam lho.... Akhirnya kita makan roti baquette khas Perancis yang diisi dengan sayur dan daging, ini merupakan makanan yang populer di Vietnam selain Pho, namanya Banh Mi.

Kenyang, balik ke hotel dan sebelumnya kita sekalian booking tour untuk ke Chu Chi tunnel keesokan harinya. Kebetulan kita lihat ada travel yang pasang harga cuma USD4 untuk ke Chu Chi tunnel, padahal travel yang lainnya pasang harga minimal USD5 lho. Nama travel-nya Tuan Travel, dan jadilah kita beli Chu Chi tunnel setengah hari (belum termasuk admission fee) di travel ini.

Selesai urusan tour ke Chu Chi, balik hotel..tidur… nyiapin tenaga buat mendaki Christ-Hill besok..





Vungtau highest point - tantangan tangga
Hari 3 : 08 Maret 2013

Hari ini kita mau ke Vungtau. Rencananya mau ke Christ Hill, kemudian ke Cloud Lake, dan sebelum balik ke HCMC ke pantai-nya Vungtau sebentar. Dengan memakai hydrofoil yang tiketnya sudah kita pesan kemarin, perjalanan ke Vungtau ditempuh sekitar 1 jam. Sebenarnya  kalau mau murah bisa dengan memakai bis, tapi katanya kalau naik bis bisa memakan waktu 3 sampai 4 jam. Karena kita nggak punya waktu banyak di HCMC, maka kita naik hydrofoil saja, naik bis-nya di Indonesia saja…hehehehe.  

 Ada 3 company yang melayani hydrofoil service : Vina Express, Green Line & Petro express. Aku nggak tau mana yang paling bagus, karena aku langsung beli tiket di Vina Express. Masing-masing company punya time-table yang berbeda satu sama lain, jadi nggak mungkin satu company berangkat di jam yang sama.


ini hydrofoil yang kita naiki


di dalam hydrofoil, dikasih 1 mineral water + wet tissue  
tempat duduk nyaman & ber-AC

Sampai di Vung tau, sebenarnya kita mau jalan kaki saja ke Christ-Hill karena kalau menurut google maps sih hanya 10 menit jalan kaki. Tapi ternyata begitu kita coba jalan kaki, panasnya matahari itu boooo….bikin kepala pusingggg…, jadilah tekad semula mau jalan kaki langsung luntur kena panasnya Vung tau, dan langsung cegat taxi pertama yang terlihat. Dan ternyata emang dekat banget Christ Hill ini dengan port, kalau mau belain jalan kaki sebenarnya ga seberapa jauh. Tapi kita ga nyesel kok naik taxi, daripada termakan matahari Vung tau yang menyengat meskipun masih pagi mending naik taxi.

Dan ternyata emang bener keputusan kita naik taxi, karena untuk mencapai puncak Jesus memberkati – mirip dengan patung Jesus memberkati di Rio de Janeiro dan Manado – kita masih harus mengeluarkan tenaga kita yang paling extra untuk mendaki, mendaki, dan mendaki….hufff…


awal pendakian....tantangan tangga dimulai..

semakin ke atas semakin curam...

kalau capek bisa istirahat dulu sambil ber-narsis ria...


hosh...hoshhh...tetep harus cheers..



Di sepanjang pendakian, banyak relief & patung yang menggambarkan cerita di kitab suci, misalnya Musa dan loh batu, kelahiran Yesus, Yesus mengajar, dll. Dan pastinya itu bisa dijadikan tempat narsis kita, plus tempat istirahat…jadi kayak semacam perhentian di Jalan Salib tapi cerita tentang di Alkitab.

Sedikit tentang Christ Hill : (Vietnamese: Tượng Chúa Kitô Vua), didirikan di atas puncak bukit Nho diketinggian 170 meter oleh The Vietnam Catholic Association pada tahun 1974 dan selesai pada tahun 1993. Tinggi monumen 36 meter (32 meter tinggi patung + 4 meter dudukan yang bergambar perjamuan terakhir), lebar tangan yang terentang 18,3 meter. Ada 133 tangga di dalam patung untuk mencapai pundak Jesus. (thanks to Wikipedia)

angels in heaven

Abraham dan 2 loh batu (keren dengan latar belakang matahari..kok pas banget)

anak yang hilang

 12 rasul

tapi herannya kok nama rasul pertama & kedua nggak ditulis sekalian ya...

udah hampir mendekati...tinggal 1 set anak tangga ini saja...(^_^))

Patung terakhir sebelum patung Jesus Kristus.

Dan meskipun dengan ngos-ngosan, semua terbayar lunas begitu sampai di puncaknya…. Pemandangan dari atas bagus banget. Dan kalau masih mampu, bisa naik ke atas sampai ke pundak Jesus. Tapi kalau mau naik ada syaratnya : ga boleh pakai pakaian terbuka semisal tanktop dan celana pendek, tas tidak boleh dibawa masuk tapi kalau dompet dan hp boleh dibawa. Dan karena aku sudah browsing sebelumnya kalau ga boleh pakaian terbuka jadi aku sudah siapin selendang untuk menutup paha.


Pemandangan dari atas pundak Jesus lebih fantastis lagi….bagus banget, jangan sampai ga naik kalau sudah sampai sini. Lihat ke depan pemandangan laut, kalau belakang pemandangan kota Vungtau. Anginnya kuenceng banget di atas. Masing-masing pundak cuma muat untuk 2 orang, jadi harus gantian karena yang antri banyak. Makanya enak kesana pas pagi hari, belum seberapa panas dan masih sedikit pengunjungnya.

tantangan tangga belum berakhir. untuk sampai ke kepala Yesus masih harus naik tangga ini, sempit - curam - dan banyaakkk anak tangga

berbagi tempat yang sempit untuk antri masuk ke pundak Yesus

akhirnya bisa bersandar ke Dia..

Jesus always watching us..

through the ocean (pemandangan dari depan)

and the land... (pemandangan dari belakang)


Masuk ke Christ Hill gratis, kalau mau bisa donasi. Kotak donasi ada di dalam patung Jesus dan di gerbang sebelum mulai mendaki.

Di sini juga ada toko yang menyediakan barang-barang rohani dan souvenir khas Vietnam. Ada 2 toko, yang di atas dekat patung Jesus dan satu lagi agak di bawah, tapi barang dan harga sama semua kok. Dan kayaknya pengeluaran terbesarku hari ini adalah di sini. Kalap mata lihat miniatur Jesus dan Maria, trus pernak pernik lain yang lucu-lucu.


Dari Christ Hill, sebenarnya kita mau ke Cloud Lake tempat  Big sitting Buddha dan kita bisa naik cable car di sana. Tapi karena waktunya terlalu mepet dengan jadwal balik kita ke HCMC jadinya kita batalin yang ke Cloud Lake (*wishing dalam hati* : moga2 bisa kesana lain kali). Kita langsung jalan kaki menuju ke pantai Vungtau yang dekat banget dengan Christ Hill (kalau jalan santai 10-15 menit sudah sampai), dan karena panasnya minta ampun, kita cuma turun ke pantainya ga sampai 5 menit buat foto aja…hahahahaha.

on the way ke pantai...

Jesus kelihatan kecil banget dilihat dari jalan raya..

masih sempat narsis juga kok..

semakin mendekati pantai...mau sun-bathing

closer..

nice view

beautiful but so hot..

bisa ngiyup sini sih... tapi kan bayar...(^_^))
nih...turun ke pantai cuma buat foto ini aja...ga tahan panasnya

Akhirnya kita balik lagi ke port naik taxi, dan ngadem di Lotte Mart sekalian makan siang dan nungguin jam balik hydrofoil kita.

makan siang kita di Lotteria

Jam 2 siang kita sudah sampai di HCMC lagi, dan balik ke hotel naruh barang-barang yang kita beli karena lumayan berat dan ribet kalau jalan-jalan sambil bawa-bawa kresek kemana-mana. Dari port ke hotel kita naik taksi Vinasun. Kalau naik taxi di HCMC usahakan naik Vinasun atau Mai Linh karena kedua taxi inilah yang terpercaya, nggak usah pakai ribet nawar mereka langsung menyalakan argo. Taxi di HCMC jenis mobilnya macam-macam, ada yang sedan, city car dan yang paling banyak adalah family car jenis inova, jadi bisa disesuaikan dengan kebutuhan kita atau besar kecilnya rombongan kita.

Habis nylonjor bentar, kita keluar lagi mau ke Ben Thanh market buat belanja oleh-oleh.
Kita langsung masuk ke dalam market, karena katanya yang gampang ditawar adalah yang di dalam, yang didepan-depan paling susah di tawar, malahan ada toko harga pas dan kita sempat masuk kesana tapi harganya ga masuk akal...mahal-mahal semua.

Aku beli dompet kosmetik yang ada bordirnya cewek Vietnam pakai Ao Dai, satu set isi 4 harganya VND120.000 (harusnya mungkin bisa lebih rendah lagi..tapi udah capek sehingga nawarnya nggak ngoyo), trus dapat sandal Bebe buat kembaran se-team GJ harganya VND100.000, beli kopi sachet khas Vietnam.

coin/make-up/hp purse khas vietnam, yang tas juga ada...

pia isi durian....muanissss banget...

tempelan kulkas

penjualnya ini ngotot banget nyuruh kita semua nyobain dagangannya, dan akhirnya emang akhirnya kita beli semua karna ga tahan rayuannya...


Pengin beli tas Kipling, karena tas Kipling di Vietnam terkenal murah dan kualitasnya bagus meskipun kita nggak tahu itu asli, palsu atau KW yang keberapa. Di dalam pasar Ben Thanh dan sepanjang jalan menuju hotel banyak toko-toko yang jual tas Kipling ini dengan harga yang murah dan masih bisa ditawar. Ika dan Lusi masing-masing beli 1 tas cewek seharga VND190.000.

yuk dipilih-dipilih, tas murah.....

Selesai belanja, kita duduk-duduk dulu di taman dekat Ben Thanh sambil ngeliatin aktivitas warga di taman tersebut, dan sambil ngitung pengeluaran kita hari ini.

habis berapa Lus? (wkwkwk...bendahara lagi menghitung pengeluaran...)

olahraga dulu meskipun capek...mumpung ada yang mem-foto....wkwkwk

andai dengan suami...^_^

ini kok malah mau tempur to...???

untuk anak-anak bisa main sepuasnya di sini...gratis

sambil bapak-nya ngelamun

atau mau baca buku di taman yang super bersih & sejuk ini...

mau ngikutin senam atau dancing di gazebo-gazebo ini juga bisa..

Bitexco tower, gedung tertinggi di HCMC terlihat dari sini

 banyak penjual rangkaian bunga di pinggir-pinggir jalan karena kebetulan hari ini adalah women day

Hari ini kita juga mau nyobain café lainnya yang terkenal juga di HCMC yaitu café Trung Nguyen. Ini ada di dekat hotel juga di daerah Pham Ngu Lao. Tapi ternyata café Trung Nguyen ini kalau malam sudah tidak menyediakan makanan, hanya kopi saja. Makanan disediakan pagi sampai sore. Ya sudah….akhirnya kita cuma beli kopi bubuknya saja buat oleh-oleh, mau bandingin dengan yang punya Highlands coffee. Dan malam ini kita makan di Pizza Hut.

(catatan : sampai di rumah kita nyobain Highland & Trung Nguyen, dan ternyata enak kopinya Highland. Kopinya Trung Nguyen cenderung berasa dan beraroma coklat. Punya Highland benar-benar kopi original...mantap. tapi kembali ke selera masing-masing kan...)

Selesai makan, aku dan Lusi cari travel untuk yang ke Kamboja. Kita banding-bandingin harga dan fasilitas masing-masing travel. Kita sebenarnya bingung mau naik bis malam atau bis siang. Kepenginnya naik bis malam ke Kamboja dengan pertimbangan ga terlalu capek di jalan karena pasti tidur di bis, tapi kok katanya bahaya dan lama nunggu di bordernya (nunggu border buka), katanya sampai 3 jam nunggunya. Akhirnya kita booking bis yang jalan pagi, pakai Shinh Tourist. Dan ternyata pilihan kita memakai Shinh Tourist ini ga salah, karena nantinya kita pakai tour ini terus selama di Kamboja.

Urusan tiket ke Kamboja selesai, balik hotel….tidurrrr…


War is over, but.....
Hari 4 : 09 Maret 2013

Hari ini kita sudah siap mulai jam 6 pagi di travel tempat kita pesan tour ke Chu Chi Tunnel. Dengan harga USD4, cukup murah bila dibandingkan dengan travel-travel lain yang rata-rata pasang harga minimal USD5 untuk setengah hari tour. Dan memang ada harga ada rupa. Menurutku Tuan travel ini tidak recommended, beberapa alasannya ini :

  1. Tidak on-time, berangkatnya telat sekitar setengah jam. Turis-turis bule sampai ngomel-ngomel. Kita manyun nungguin di depan travel tersebut tanpa dikasih info apapun, cuma dibilang “wait” gitu aja. Pas udah naik bis ternyata masih jemput sana sini, kira-kira hampir 1 jam sebelum benar-benar berangkat.
  2. Petugas di travel terbatas. Kan ada beberapa tour, misal Mekong Delta, Chu Chi, dll. Bila petugas tsb ngurusin keperluan tour yang lain, di meja reseption ga ada yang nunggu. Jadi kita yang kebingungan nunggu nih ga ada tempat untuk bertanya, karena petugas jaganya kabur melulu.
  3. Untuk 2 bis yang berangkat ke Chu Chi, guide-nya hanya satu orang. Alasannya karena satunya ga masuk, jadi satu guide untuk dua bis. Jadinya bis yang aku naiki tidak pakai guide. Baru pas di Chu Chi gabung dengan rombongan bis satunya. Dan ini bikin ga enak juga, karena rombongannya jadi rombongan besar kan, karena dua bis digabung, jadinya ga maksimal kalau njelasin atau di spot tertentu yang perlu penjelasan atau pengen nyobain. Semuanya jadi terburu-buru dan kayak dikejar-kejar Vietkong…hahahaha…
  4. Pulangnya karena ngejar waktu biar sampai di HCMC jam 2 siang, bisnya ngebut booo…
  5. Kita dituruninnya bukan di tempat kita di jemput, tapi di Tuan travel pusatnya dia, busyet deh… dan ga ada penjelasan lagi, cuma disuruh turun gitu aja karena ini last stop. Tahu gitu kita tadi turun di Ben Thanh atau dimana gitu yang kita familiar jalannya.

nungguin bis di depan travel agent

Meskipun travel-nya nggak recommended tapi kalau tujuannya recommended. Harus ke sana kalau ke HCMC, biar tau gimana ga enaknya perang itu. Kenapa sih harus ada perang ??? Kan lebih enakan dunia yang damai, tenang…. Peace…(^_^)

Nyampe di Chu Chi kita langsung disuruh beli tiket masuk seharga VND90.000 per orang. Saat pemeriksaan tiket, kita akan ditempeli stiker di baju kita sebagai tanda pengenal. Lalu kita akan diperlihatkan video saat perang Vietnam dan sejarah kenapa sampai ada Chu Chi tunnel ini. Desa Chu Chi ini dulu adalah sebuah desa yang tenang dimana seperti kebanyakan rakyat Vietnam, pekerjaan utama mereka adalah bertani. Akan tetapi semua itu berubah setelah adanya invansi dari Amerika yang tidak hanya memakai senjata konvensional saja, akan tetapi juga menggunakan senjata kimia yang membuat yang terkena cacat atau mati. Naluri bertahan hidup membuat warga desa ini membuat tempat pelarian apabila ada serangan dari pihak Amerika, maka dibuatlah terowongan bawah tanah untuk tempat persembunyian, dan karena lebih aman di tempat pelarian tersebut, jadilah tunnel-tunnel tersebut juga menjadi tempat tinggal warga Chu Chi. Nggak kebayang deh tinggal di dalam tunnel sempit dengan supply oksigen yang minim dan banyak binatang-binatang di dalamnya.

Setelah melihat video, kita akan diajak keliling area Chu Chi dan diperlihatkan jebakan-jebakan semasa perang serta tunnel-nya itu sendiri. Kemudian bagi yang mau, bisa mencoba senjata masa perang dulu dengan membayar minimal VND20.000 untuk kalau ga salah 3 peluru, tergantung jenis senjata yang pingin digunakan.


admission fee Chu Chi VND90.000/orang belum termasuk di dalam harga tour
pemandu kita : Mr Jacky (tanpa Chan)
masuk ke hutan..(tenang...bukan hutan belantara kok)
salah satu lubang masuk tunnel. ada banyak lubang seperti ini di Chu Chi
lubang masuknya memang kelihatannya sempit tapi bule gede ini bisa masuk kok.. 
trus kalau sudah masuk harus ditutup kayak gini untuk kamuflase musuh 


pose dulu di depan tank... (ga pake top) 


sambil menunggu rombongan yang sedang mencoba senjata, kita makan jagung dulu....hasil kebun Chu Chi (beli lho...nggak gratisan)


Di area Chu Chi tersebut juga ada contoh-contoh rumah lengkap dengan perabotannya jaman dulu yang serba minim, dan juga dipraktekkan cara pembuatan ranjau-ranjau yang digunakan.




perabotan jaman perang dulu

 

salah seorang warga sedang menunjukkan cara membuat kulit lumpia (rice paper) khas vietnam


praktek membuat ranjau dan perbaikan alat-alat perang




Kemudian kita juga dipersilahkan untuk memasuki tunnel bagi yang tidak takut akan ruangan sempit (claustrophobia), karena meskipun sudah disesuaikan dengan ukuran tubuh turis akan tetapi kita masih nggak bisa jalan tegak, tetap harus membungkuk dan di dalam gelap serta bau apek kotoran kelelawar. Dan kalau ga sanggup bisa langsung keluar di pintu terdekat, karena ada beberapa pintu exit. Kalau jarak dekat sih paling cuma 50 meter udah bisa langsung keluar.

** Menurut situs wikipedia, claustrophobia berarti ketakutan akan ruang tertutup. Biasanya diklasifikasikan sebagai gangguan kecemasan (anxiety disorder) dan sering berujung pada serangan kepanikan (panic attack).



siap-siap masuk tunnel....

lubang segini ini katanya sudah diperlebar dan dipertinggi lho... aslinya dulu seberapa sempitnya ya...??
pintu masuk sudah disesuaikan dilengkapi tangga untuk keperluan wisata, dulunya ya ga pakai tangga seperti ini
mortir & hulu ledak yang digunakan jaman itu....serem, yang segede orang itu bisa ngebom radius berapa ya...


Habis dari Chu Chi Tunnel, kita makan siang di Lotte lagi, karena begitu turun dari tour bis yang kelihatan pertama ya Lotte ini dan kita sudah lapar banget karena pagi nggak sarapan dan tenaga habis buat muterin Chu Chi.


Kenyang. Kita berempat berpisah di Lotte, karena mba Elvi dan Ika hari ini pulang balik ke Surabaya, sementara aku dan adikku Lusi masih long way ke Kamboja dan Bangkok besok.

Dari Lotte aku dan Lusi memutuskan untuk pergi ke Jade Emperror Pagoda di Distrik 3, War Remnant Museum dan keliling HCMC lagi sampe puas.
Naik bis ke Jade Emperror Pagoda, dan kita melewati sebuah gereja yang warnanya mencolok banget…Pink.., dan kita putusin nanti mau mampir ke sini.
Turun dari bis kita jalan kaki mencari Jade Emperror Pagoda, dan nggak tau bener ga yang kita masukin, pokoknya pagoda…hehehehe…ga tau tulisannya sih… Kita jadi tau betapa menderitanya orang buta huruf.


Dari Pagoda, kita jalan kaki mencari gereja Pink yang kita lewati tadi. Pokok bekal peta jangan sampai ketinggalan, karena tulisan jalan di Vietnam lebih mudah dibaca daripada di Kamboja atau Thailand yang memakai "huruf cacing". Dan ketemulah gereja Pink tadi, ternyata namanya Tan Dinh Church atau Gereja Hati Kudus Yesus (Church of the Sacred Heart of Jesus). Dibangun di awal abad 20 pada masa penjajahan Perancis, merupakan gereja Katolik terbesar kedua di HCMC setelah gereja Notre-Dame. Dan ternyata gereja tersebut memang selalu di cat warna-warna terang seperti pink, orange, merah, tiap kali ganti cat. Letaknya di Hai Bà TrÆ°ng street nomor 289, Distrik 3 HCMC.



all in pink...luar dalam

Selain warnanya yang menarik - kayak rumah barbie - interior dan eksteriornya sama menarik dan indahnya. Di dalam gereja didominasi dengan hiasan-hiasan dan patung-patung khas eropa, dan yang menarik ada patung Jesus dalam posisi mau dikuburkan hampir seukuran manusia, patung seorang Santa (tapi aku ga tau siapa nama Santa tsb) bagus banget.


 altarnya bagussss banget...
tempat air suci di pintu masuk... (sampai yang hal yang kecil gini aku kagum banget saking bagusnya)

patung Yesus saat hendak dikubur
di peti kaca dilatar belakang itulah patung Jesus diletakkan (meskipun patung aku agak takut juga mau mendekat...(^_^))

Di luar gereja, juga banyak bertebaran patung-patung suci. Ada patung Jesus memberkati yang seperti di Vungtau tapi dalam versi "medium", patung Bunda Maria, dan patung image 14 jalan salib sesuai ukuran aslinya. Pokoknya bagus banget deh nih gereja.








Dari Gereja Pink tersebut kita jalan terus sampai ke War Remnant Museum. Jadi kita sudah berjalan dari Distrik 3 sampai ke Distrik 1, dan ternyata nggak jauh lho…

Sampai War Remnant Museum sudah jam 16.30, jadi udah mepet banget dengan jam tutup yaitu jam 17.00. Bangunan museum terdiri dari 3 lantai, dan masing-masing lantai ada beberapa ruangan untuk memajang foto-foto dan barang-barang peninggalan saat perang Vietnam terjadi, seperti senjata, seragam, surat-surat penting, selebaran dll. Tiap ruangan ada temanya sendiri, misal : Vietnam sebelum perang, saat perang, sesudah perang (masa rekontruksi), akibat2 perang, perang dilihat dari sisi Vietnam maupun dari sisi America, dll. Dan dari sisi manapun aku melihat, dari gambar apapun yang terlihat membuatku miris dan menangis, bahkan saat nulis inipun aku masih sedih dan pengin nangis….  Apapun alasan maupun bentuknya, dimanapun terjadinya, perang sangat…sangat…sangat MERUGIKAN, nggak ada yang MENANG dalam perang, semua KALAH, KALAH oleh ego masing-masing.

** Pas aku nulis ini, aku juga pas lihat serial korea yang bercerita tentang perang korea di tahun 1950-an (Road No.1 – So Ji Sub). Miris…, pengen nangis, nyawa manusia nggak ada harganya. Makanya.. JANGAN ADA PERANG LAGI deh… dimanapun, kapanpun. Jadi kebawa-bawa deh sikap anti perang (bisa jadi duta perdamaian ^_^))))

Ini beberapa foto yang sempat kuambil gambarnya di dalam museum.

beraksi dulu didepan bomber-bomber jaman perang
serius amat mbak...
my favorite picture...

dalam keadaan perang, para murid masih semangat untuk belajar meskipun sambil membawa peralatan medis atau harus belajar di bungker

para ibu sambil mengasuh juga harus memanggul senjata
senjata inilah yang paling ditakuti warga... senjata kimia

Ada beberapa bahan kimia yang disebar di Vietnam saat perang Vietnam (1961 -1971), dan senjata kimia yang paling terkenal dan paling mematikan saat itu adalah "Agent Orange" yang bisa menyebabkan cacat dan kematian. Menurut data palang merah Vietnam, ada 400.000 orang meninggal, 500.000 bayi terlahir cacat, dan 1.000.000 orang cacat atau bermasalah kesehatannya akibat dari agent orange. Agent orange dimaksudkan untuk melumpuhkan para gerilya Vietnam dan melemahkan pertahanan mereka.

Kemudian ada senjata kimia lainnya yang bernama "Agent Blue" yang tujuannya untuk mematikan tanaman pertanian, yang level konsentrasi penggunaannya ratusan kali dari yang direkomendasikan. Tujuannya adalah agar tidak ada supply makanan bagi warga Vietnam yang diembargo oleh Amerika.Tidak hanya tanaman yang mati, mahkhuk hidup pun banyak terkena dampaknya.
Selama perang Vietnam lebih dari 20 juta galon atau setara 70 juta liter senjata kimia yang disemprotkan ke daratan Vietnam (total setelah dicampur dengan gasoline).


ini adalah gambaran hutan sebelum disemprot bahan kimia (kiri) dan sesudahnya (kanan)
tanaman kering dan hancur akibat bahan kimia, demikian juga makhluk hidup lainnya
akibat-akibat dari senjata kimia



kekejaman perang

seorang ibu dan empat anaknya melarikan diri dari tentara Amerika dengan menyeberangi sungai yang cukup deras (another my fave picture...very touching)


kerugian perang sebenarnya tidak hanya dari satu sisi yang diserang saja, para tentara yang menyerang ini pun ikut menderita bertahun-tahun, dan kadang pulang tinggal nama atau cacat seumur hidup

makanya jangan ada lagi perang...

Keluar dari museum, kita jalan kaki lagi. Pokoknya mengikuti peta ke arah Ben Thanh market, karena patokan kita untuk balik ke hotel ya pasar Ben Thanh ini. Ternyata kita ketemu lagi sama gereja Notre-Dame tapi dari arah belakang, dan disebelah gereja Notre-Dame ada kantor pos besar yang sering jadi jujugan wisata juga tapi kemarin kita kayaknya silap mata, jadi nggak kepikiran untuk ke kantor pos ini. Kantor pos ini bangunannya juga bergaya Perancis, dan sampai saat ini masih digunakan lho. Kantor pos tutupnya sampai jam 18.00 karena hari Sabtu, jadi kita masih punya waktu sebentar untuk masuk foto-foto. Sebenarnya kita pengin kirim post-card ke Indonesia lewat kantor post ini karena loket untuk kirim post-card ternyata masih buka dan untuk kirim ke Indonesia “hanya” VND30.000 atau IDR15.000, tapi yang jual post-card kagak ada….hiks…kecewa…

Saigon Post office dilihat dari Notre-dame Katedral
Post Office operating hours : 07.30 - 19.00 Senin s.d Jumat, 08.00 - 18.00 Sabtu & Minggu



di dalam Post Office, bisa tukar uang juga di sana... tapi rate-nya rendah..not recommended kecuali terpaksa

Dari kantor pos, lihat di Notre-Dame kok ada misa Sabtu sore, kita langsung antusias mau ikut misa. Waktu mau masuk gereja, kita ditolak katanya turis dilarang masuk, aku bilang “I want to follow masses”, langsung dibukain gerbangnya. Sampai di dalam, kita cari duduk yang agak sepi maksudnya biar bisa curi-curi foto…hehehehe.

Gerejanya besar, tapi peserta Misa sedikit...banyak bangku yang kosong...mungkin karena hari Sabtu ya.. 
yang serius berdoa...(yang motoin berarti ga serius dong....)

di taman sebelah Notre-Dame. pokoknya kota ini adalah kota taman

Misanya dalam bahasa Vietnam, jadi aku dan adikku kagak ngerti sama sekali Romo ini ngomong apaan ya… pokoknya ngikut aja kalau Amin.. Trus kita kan datangnya udah telat, aku sama Lusi adikku sampai tebak-tebakan kira-kira ini sudah nyampe bagian mana. Aku nebak kayaknya ini udah mau Doa Syukur Agung deh…, dan ternyata bener, begitu semua berlutut ternyata konsekrasi… hahahaha ternyata telat kita kebangeten deh. Tapi ga papa buat pengalaman kalau kita pernah ikut misa di Katedral Notre-Dame.
Selesai misa, kita langsung lanjutin lagi jalan kea rah Ben Thanh, dan ternyata pasar-nya udah buyar dan sekarang lagi persiapan untuk pasar malam yang ada diluar Ben Thanh. Sambil nungguin pasar malam buka, kita beli jajanan Rice Coconut seharga VND20.000 (paling kalau warga lokal yang beli nggak segitu kali harganya) sambil duduk-duduk di taman dekat Ben Thanh sambil lihat aktivitas warga HCMC.


yang tua dan muda ikut dancing

yang anak-anak nonton sandiwara

yang capek, silahkan duduk-duduk saja.... lengkapkan hiburan di HCMC ??


Kali ini di pasar malam aku beli kaos “Good Morning Vietnam” buat aku dan keluargaku, biar seragam hehehehe…

Capek, kita balik hotel. Karena besok pagi jadwal bis kita ke Cambodia pagi jam 6, maka untuk pembayaran hotel kita selesaikan sekalian malam ini. Pemiliknya baik, karena uang VND kita kurang, kita boleh bayar kekurangannya pakai apapun mata uang kita (kecuali rupiah kali ya…), akhirnya kita bayar sebagian pakai VND sebagian pakai USD.
Dan malam ini kita bobok dengan nyenyak bermimpikan perjalanan ke Cambodia….ZZzzzzzz


Long way to heaven
Hari 5 : 10 Maret 2013

Perjalanan panjang lewat darat sari Saigon ke Siem Reap dimulai. Pagi jam 06.00 kita sudah siap di depan Shinh Tourist travel menunggu kantornya buka, sementara bis sudah menunggu di depan kantor, karena untuk masuk ke bis kita harus check-in dulu. Jam 06.15 kantor buka. Setelah check-in dan urusan bagasi selesai, langsung masuk bus AC yang disediakan dan bersiap tidur lagi…hahahaha.. (perjalanan panjang boooo…). Tiap penumpang diberi 2 botol air mineral, tapi tanpa kue lho, jadi siapkan kue atau penganan kecil sebelum naik bis, karena perjalanannya memakan waktu 13 jam untuk sampai ke Siem Reap.

Perjalanan dari HCMC ke perbatasan dengan Cambodia (Bavet & Moc Bai) ditempuh selama 2 jam. Sebelum memasuki imigrasi, petugas awak bis mengumpulkan dan mengecheck semua passport kami apakah sudah ada visa atau belum. Si petugas yang di bis kami ini kayaknya belum paham negara-negara mana yang bebas visa, karena dia ngotot nggak tau kalau Indonesia bebas visa ke Cambodia. Dia menyuruh kami untuk mengikuti dia saat di imigrasi nantinya, karena dia takut ada masalah dengan visa kita. Begitu sampai di Bavet, semua penumpang turun tanpa bagasi kita kemudian masuk ke ruangan imigrasi untuk pemeriksaan document. Kita tinggal menunggu aja nama kita dipanggil sama petugas bis tadi, dan ternyata memang kita yang dari Indonesia free visa 30 hari kok…(petugas bis-nya tadi bikin kita deg-degan aja)
Dari ruangan imigrasi di Bavet, kita naik bis kita kembali dan menuju ke imigrasi Moc Bai Cambodia. Kesan suasana maupun bangunan sangat beda sekali antara Vietnam dan Cambodia. Di sekitar imigrasi Cambodia banyak sekali terdapat kasino, dan bangunannya bagus-bagus lho karena di Kamboja judi tidak dilarang, sehingga warga Vietnam yang ingin mengadu rugi (bukan mengadu untung sih menurutku... karena judi nggak ada untungnya sama sekali) tinggal menyeberang imigrasi sebentar dan balik lagi. Demikian pula nantinya di perbatasan Poipet dan Araphanyet juga  banyak casino yang berterbaran di sepanjang Poipet dimana warga Thailand biasa berjudi disana.

Urusan imigrasi di Moc Bai diselesaikan dengan singkat, kita naik bis lagi dan belum lama jalan  kita disuruh turun lagi untuk sarapan dan urusan toilet. Sarapannya bayar sendiri ya…

mejeng dulu di depan bis Shinh Tourist..hehehehe

Selesai sarapan, lanjut perjalanan lagi kali ini sudah di jalanan Cambodia. Jalanan Cambodia tidak sebesar di Vietnam, tapi jalanan sepi banget. Bis kita jalannya juga nggak ugal-ugalan (jadi teringat Restu Panda yang tiap hari kunaikin Malang Surabaya PP hahahah…) paling banter kecepatan 60km/jam, lambat untuk ukuran bis. Kayaknya kita nggak pernah menyalib atau disalib sama sekali sama bus atau kendaraan lain. Banyak hewan ternak disepanjang jalanan dan tanahnya kering banget cenderung tandus, warna tanahnya merah.

Setelah 3 jam, sampailah kita di kantor Shinh Tourist yang ada di Phnom Penh. Disini kita turunin semua bagasi kita karena harus ganti bis. Kita harus check-in lagi dan dikasih bagasi tag lagi untuk ditaruh di bagasi kita. Setelah menunggu selama 1 jam, akhirnya kita berangkat dengan bis yang berbeda. Bisnya lebih jelek tapi tetap ber-AC.
Kalau disekitar imigrasi di Moc Bai banyak bangunan-bangunan yang bagus untuk kasino, di sepanjang jalan dari Phnom Penh ini rumah-rumah penduduknya kumuh-kumuh. Kebanyakan adalah rumah panggung dan jaraknya antara satu rumah dengan yang lainnya jauh-jauh, dan masih tetap dengan tanah yang kering dan tandus. Bahkan saat kita berhenti di sebuah rumah makanpun, tempatnya kumuh banget, nggak berani order makanan disitu karena banyak anjing dan kucing berseliweran dan debu dari jalanan masuk semua ke rumah makan tersebut.

rumah-rumah panggung yang kita lewati di Phnom Penh


Setelah 6 jam di dalam bis, tepat jam 8 malam akhirnya sampailah kita di Siem Reap. Begitu masuk kota ini, pemandangan-nya sangat kontras dengan sebelumnya di sepanjang Phnom Penh. Bangunan-bangunan hotel, penginapan dan restoran banyak mendominasi, dan semuanya bagus dan bersih. Tidak banyak kendaraan seperti di Vietnam, hanya beberapa tuk-tuk di tiap-tiap perempatan atau ujung jalan menunggu penumpang.

Kita diturunin di kantor Shinh Tourist Siem Reap yang sekaligus hotel dan restoran juga. Sebenarnya kita sudah booking hotel di Palm Garden Lodge, dan sebelum berangkat kita sudah telepon mereka agar menjemput di kantor Shinh Tourist ini, tapi kita tunggu-tunggu ternyata nggak ada tuk-tuk yang menjemput kita. Sebelum berangkat ke Vietnam-pun beberapa kali kita email tapi tidak pernah ada tanggapan dari pihak Palm Garden Lodge. Cuma sekali aja pas kita booking mereka mau jawab email kita. Akhirnya kita nginep di Shinh Tourist Hotel ini dengan tarif USD25 per kamar per malam.

The Shinh Tourist



lumayan bagus dan bersih untuk ukuran USD25/malam + breakfast


Rencana semula, kita hanya 1 malam saja di Siem Reap dan tour angkornya cukup setengah hari dan lanjut tengah hari perjalanan ke Bangkok. Tapi karena rasanya kalau cuma setengah hari akan kurang, kita extend jadi 2 malam di Siem Reap. Jadi kita akhirnya booking untuk pertunjukan Apsara Dance dan Angkor Tour di Shinh Tourist ini, juga sekalian booking bis untuk perjalanan kita ke Bangkok, semua all in ada di Shinh Tourist ini.
Dan malam ini, meski seharian sudah duduk manis di bis selama 13 jam, tapi  untuk mengeluarkan sedikit tenaga mau ke Old Market di Siem Reap ternyata susah juga, jadi akhirnya kita pilih tidur saja malam ini tanpa jalan-jalan menjelajah Siem Reap di malam hari



Wonderfull world of Angkor
Hari 6 :
11 Maret 2013


Jadwal kita hari ini Angkor Tour dan sorenya lanjut nonton Apsara Dance.
Jam 6.30 pagi kita sudah siap di loby hotel. Sambil menunggu tour guide kita, kita sarapan gratis dulu. Sarapannya bukan model buffet seperti di hotel-hotel bintang, tapi sudah ditentukan dan kita tinggal pilih mau yang mana. Aku pilih prawn soup dan Lusi pilih meat ball, rasa sama beda di content aja.

meat ball soup

prawn soup


semangkuk besar prawn soup hangat untuk sarapan....mantap..


Tepat jam 7 pagi mini bis beserta tour guide-nya menjemput kita. Hari ini rombongan tour berisi 7 orang. Dua cewek dari Indonesia (kita), dua cewek dari Singapura, dua orang tua pasutri dari Vietnam, dan satu orang cewek dari Jepang. Tour guide-nya bahasa Inggrisnya lancar dan orangnya lucu.


Sebelum masuk kawasan Angkor, kita harus beli tiket dulu seharga USD20 yang berlaku untuk satu hari penuh. Di tiket tersebut ada foto kita lho… lumayan untuk kenang-kenangan. Tiket tersebut kita tunjukkan setiap kali kita masuk ke wat. Ada 5 wat yang kita kunjungi dari ribuan wat yang ada di Siem Reap. Mungkin kalau mau jalan sendiri (tidak pakai tour) bisa lebih banyak wat yang bisa dikunjungi. Kebanyakan turis-turis bule menyewa tuk-tuk atau sepeda pancal untuk mengelilingi area Angkor. Tapi setelah Angkor tour kami selesai, barulah nyadar enaknya kalau pakai jasa tour :

1.   Ada tour guide yang bisa cerita sejarah tiap-tiap wat
2.   Ga capek dan tidak kepanasan karena bis-nya ber AC dan oleh supirnya pasti diturunin dekat banget dengan pintu masuk dan dijemput lagi pas di pintu keluar.
3.   Meski cuma 5 wat yang kita kunjungi tapi mereka udah milihin yang terbaik buat kita. Kalau jalan sendiri mungkin kita malah bingung mana yang harus kita kunjungi.
4.   Dapat minuman dingin semau kita.
5.   Ini yang paling penting.. Ada yang bantu fotoin kita (ini yang paling penting...hehehehe)

Tour Angkor kita yang pertama mengunjungi Angkor Wat. Menurut Mr.guide, ada sekitar 2000 candi (besar & kecil) di Siem Reap, karena tiap raja yang memerintah akan mendirikan candi untuk menunjukkan kekuasaan dan kekayaan mereka. Yang paling terkenal adalah Raja Suryavarman II yang membangun Angkor Wat ini pada pertengahan abad 12 selama 30 tahun. Ini merupakan wat terbesar di Siem Reap. Sebenarnya Angkor Wat ini adalah bangunan Hindu untuk menghormati Wishnu, akan tetapi sejak abad 13 seperti Wat-wat yang lain peruntukannya beralih sebagai kuil  Buddha sampai sekarang.


Angkor 1day pass. Ada fotonya kita, bisa buat kenang-kenangan
Jalan masuk ke Angkor Wat, di kelilingi sungai yang bersih banget 

di depan kolam ini adalah tempat paling bagus untuk foto, karena seluruh image angkor wat terlihat dari sini dan bertambah eksotik karena bayangannya memantul ke kolam besar ini. (dan bertambah bagus lagi karena ada objek baju orange yang tercapture di foto ini....(^_^))
antri foto di depan kolam 
di dalam bangunan Angkor Wat dipenuhi dengan relief tentang cerita ramayana 
bersama peserta Angkor Tour (nice shoot) 
relief Apsara di sepanjang bangunan Angkor Wat 
para penari yang bersiap untuk menemani foto dengan imbalan
ini salah satu teman Angkor Tour, dia berusaha mendapatkan angel terbaik sampai dia yang pose...wkwkwkwkwk  
sebagian bangunan masih dalam proses renovasi...agak mengganggu pemandangan sih tapi tetap amazing menurutku 

ini kayak ada penampakan ya.... (pas aku ngeliat jadi ngeri sendiri) 





di beberapa bangunan tangganya sangat curam dan sempit, harus sambil duduk kalau mau naik/turun
tangga yang sudah rusak diganti kayu, jadi pengunjung nggak kesulitan bila mau naik/turun
duo sisters.. mejeng di bangunan paling belakang Angkor Wat


Jalan masuk ke Angkor Wat sepanjang setengah kilometer diapit oleh sungai buatan manusia yang terjaga kebersihannya sampai sekarang, dan just info semua candi di Siem Reap ini pasti terdapat sungai atau danau. Di dalam kawasan Angkor Wat terdapat kuil besar dan beberapa bangunan kuil-kuil kecil yang indah. Ga kebayang betapa kayanya raja Suryavarman ini dijamannya dulu, makanya banyak kerajaan-kerajaan sekitar seperti Siam, China bahkan kerajaan di Jawa pun pernah menyerang Siem Reap (dulunya Khmer) untuk perluasan kekuasaan. Karena bertahun-tahun (ratusan tahun mungkin) selalu mendapat banyak serangan dari luar terutama Siam atau yang kita kenal sebagai Thailand, mereka lalu meminta tolong pada Perancis untuk membantu mereka. Itulah sebabnya banyak gedung-gedung di kota Siem Reap yang gaya bangunannya mengadopsi bangunan model Perancis, seperti juga bangunan-bangunan di HCMC yang banyak mengadopsi budaya Perancis. Dan dari Siam/Thailand inilah sebenarnya nama Siem Reap berasal. Dahulu Siam/Thailand pernah dikalahkan oleh kota kecil ini, sehingga kemudian dinamakan Siem Reap yang artinya kekalahan Siam.


one of my fav pic (kita kalah lho gadgetnya sama mereka..., mereka bawanya minimal samsung galaxy)


Kemudian dengan adanya perjanjian Franco-Siamese di awal abad 19, Perancis mulai mendanai untuk eksplorasi Angkor yang waktu itu sudah tertutup/tertimbun oleh hutan belantara. Mulailah dibangun hotel dan infrastruktur lainnya sehingga sejak itu kota Siem Reap berkembang menjadi tujuan turis-turis asing. Akan tetapi di tahun 1975 seluruh Cambodia dikuasai oleh resim Komunis Khmer, sehingga banyak gejolak dinegara tersebut yang mengakibatkan kunjungan turis pun terhenti. Sejak kematian Pol Pot, pimpinan Khmer merah mati di tahun 1998, Siem Reap dan seluruh Cambodia mulai bangkit dan berbenah lagi hingga sekarang ini. (**Sekilas sejarah** diambil dari beberapa sumber, terutama Wikipedia)

Wat kedua yang kita kunjungi adalah kompleks Angkor Thom (dalam bahasa Khmer artinya : Kota Besar). Kalau Angkor Wat adalah candi terbesar, maka Angkor Thom ini adalah kompleks terluas yang didirikan oleh Raja Jayawarman VII di awal abad 13, dimana didalam kompleks Angkor Thom ini terdapat beberapa Wat seperti : Bayon, Baphuon, Phimeanakas, Terrace of The Elephants, Terrace of The Leper King dan banyak candi2 kecil lainnya. Pusat kota dari Angkor Thom ini adalah Bayon.


jalan masuk kawasan Angkor Thom, sepanjang jalan dipenuhi patung Buddha

dan pasti tak ketinggalan dikelilingi oleh sungai yang indah dan bersih

gerbang utama kawasan Angkor Thom

Yang sangat khas dari bangunan di Bayon adalah image 4 wajah, yaitu kombinasi wajah dari Bodhisatva dan Jayavarman VII. Ada 49 tower 4 wajah di seluruh Bayon, dan total 54 tower 4 wajah di seluruh Angkor  Thom yang melambangkan 54 provinsi di masa Khmer saat pemerintahan Jayavarman VII. Dan besar kecilnya masing-masing patung 4 wajah tersebut juga simbol dari besar kecilnya wilayah provinsi yang diwakili.

Di tahun 1916 saat Perancis mulai merestorasi Angkor Thom yang sudah terkubur pepohonan, para ahli meyakini kalau Bayon adalah candi Hindu, akan tetapi setelah menemukan sebuah ruangan di tengah candi Bayon, ternyata candi ini dibangun untuk menghormati Buddha karena ditemukan banyak patung Buddha di dalamnya.

Bayon merupakan candi terakhir yang dibangun di era Khmer. Setelah itu tidak ada lagi pembangunan candi-candi dikarenakan krisis ekonomi yang melanda negara Khmer ini.

image Buddha 4 wajah

bagian depan Bayon


Di Bayon, ada banyak ruangan-ruangan (chamber) yang terkoneksi dengan lorong-lorong. Ini membuat Bayon menjadi terkesan lebih mistis dan misterius.


sebagian lantai dan tangga direnovasi dan diganti dengan kayu



puing dan puing


Baphuon, salah satu candi di komplek Angkor Thom, dibangun di abad 11 oleh Raya Udayadityavarman II. Setelah restorasi yang cukup sulit, candi ini baru dibuka untuk umum pada April 2011, itupun disana-sini masih banyak bertebaran puing-puing yang sudah dinomori tetapi masih tidak bisa diidentifikasi dan disatukan.

jalan menuju Baphuon
puing-puing yang sudah dinomori tetapi tidak bisa diidentifikasi dimana pasangan dan letaknya


tangga naik ke atas lebih curam daripada di Angkor Wat, tapi rata karena sudah diganti kayu



Pemandangan dari atas Baphuon
Puncak tertinggi Baphuon, tertutup untuk umum


Sayangnya karena pas kita kesana adalah malam bulan purnama, sehingga tingkat tertinggi di masing-masing wat ditutup untuk umum, hanya pendeta Buddha saja yang boleh masuk untuk sembahyang.


Terrace of Elephants

Lapangan super luas di depan Terrace of Elephants, kabarnya dulu untuk tempat berkumpulnya penduduk jika ada pertunjukan atau bila raja mau mengumumkan sesuatu


Untuk mengelilingi dua wat (Angkor wat & Angkor Thom) ini saja sudah lumayan menguras waktu dan tenaga karena teriknya matahari….minta ampun. Kata Mr.Guide, kalau bulan Maret gini masih nggak seberapa teriknya padahal ini sudah sekitar 34 derajat Celcius, yang paling panas adalah bulan April bisa mencapai  42 derajat Celcius. Jadi jangan lupa bawa topi, payung dan sunglasses ya… plus sunblock kalau nggak kepingin gosong. Dan kalau anda suka pakai pakaian terbuka seperti celana pendek atau tank top atau pakaian transparant pastikan anda membawa selendang penutup dan atau jaket karena ada beberapa Wat yang melarang masuk pengunjung yang memakai pakaian minim atau transparan. Kan ga enak kalau kita ga bisa masuk wat-wat tersebut gara-gara pakaian. 

Karena sudah jam makan siang, jadi kita dibalikin dulu ke hotel untuk makan siang plus selonjoran dulu. Just info, paket tour Angkor Wat ini nggak termasuk makan siang, jadi makan siang harus beli sendiri, karena kalau yang pakai makan siang di hotel harganya lain (aku nggak tahu berapa). Kita makan siang di restoran dekat hotel. Lumayan enak tapi agak mahal, sekitar USD4 per orang.


namanya susah diingat, tapi yang pasti ini adalah nasi goreng dan mie goreng...enak

Selesai makan siang, karena masih ada waktu aku dan adikku Lusi nyempetin foto bentar di depan National Museum. Photo doang lho ya… kagak masuk ke dalamnya…hahahaha… Museum ini letaknya pas didepan hotel tempat kita menginap, kalau malam bagus karena diterangi banyak lampu warna-warni.




Lalu kita mampir juga ke toko tempat menjual souvenir yang sempat kita lihat waktu balik ke hotel untuk makan siang, deket banget sama hotel, kira-kira 100meter sebelah kanan hotel. Pelayannya ramah-ramah, barangnya juga lengkap dan bagus-bagus, tapi harganya cukup mahal untuk ukuranku. Tapi karena perlu buat kenang-kenangan akhirnya tetep beli juga. Aku beli 2 buah tempelan dari magnet yang perbiji-nya USD5, hiasan dinding USD10, dan permen pisang isi 50 biji harganya USD5.

Tepat jam dua siang kita dijemput lagi di hotel, dan sore ini kita akan mengunjungi dua wat lagi yaitu Tha Phrom dan Phnom Bakheng.  Sebelum sampai Ta Phrom, oleh Mr. Guide, kita dikasih opsi untuk memilih pintu masuk mana yang ingin kita gunakan untuk masuk ke Ta Phrom, yaitu jalur umum yang biasa dilalui oleh turis atau jalur khusus dimana jarang turis lewat situ. Saat kita bertanya apa bedanya dia nggak mau kasih tau, akan diberi tahu setelah kita memilih….(Mr. Guide kita ini emang suka membuat kita bertanya-tanya dan orangnya lucu banget). Akhirnya berdasarkan kesepakatan semua kita pilih jalur khusus, karena biasanya kalau khusus itu kan terbatas jadi pasti bagus donk. Setelah ditentukan mau lewat jalur khusus, sama Mr. Guide dikasih tahu bahwa  jalur khusus ini melewati hutan dan jarak yang ditempuh untuk sampai candi utama lumayan jauh… Waduh…kita salah pilih dong kalau gitu…… Eits..tunggu dulu, ternyata jalur khusus ini meskipun jaraknya lebih jauh, memutar, lewat hutan yang banyak  nyamuknya, tapi ini adalah jalur tempat syutingnya Angelina Jolie - Tomb Raider, jadi harus dilihat donk….(^_^)) dan pastinya lebih gak crowded kayak jalur umum.

Dan dimulailah petualangan ala Tomb Raider…hahahaha lebay.com. Jadi kita masuknya lewat pintu sampingnya Ta Phrom, melewati sungai kecil yang kebetulan saat ini kering kerontang (seperti kubilang sebelumnya bahwa kebanyakan candi di Siem Reap dikelilingi danau atau sungai entah asli atau buatan) sambil diceritain sama Mr. Guide-nya sejarah dari Ta Phrom itu sendiri, yang ga bisa kuulang disini karena aku ga seberapa mendengarkan gara-gara sibuk foto narsis…hehehehehe.


diberi penjelasan mengenai Tha Phrom

Dan inilah hasil foto-foto selama di Ta Phrom, candi yang paling pengen kudatangi karena efek Tomb Raider (^_^))

masuk hutan...petualangan ala Lara Croft Tomb Raider
gerbang masuk "khusus"
ini mau menyeberang sungai yang kebetulan kering karena musim kemarau
jalan khusus ini memang agak susah dilalui terutama untuk orang tua, karena naik turun, lewat hutan (meski ga seberaba lebat) dan melewati sungai (yang untungnya pas kering)




bangunan, puing-puing dan pepohonan yang nggak akan terlihat/terkunjungi bila lewat jalur umum karena selain jauh di belakang juga masih dalam tahap renovasi
di Ta Phrom ini memang yang luar biasa adalah pohon-pohon yang tumbuh diantara puing-puing ini. Jadi bisa dibayangkan kalau candi ini pastinya lebih tua dari pepohonan tsb. Aku suka memfotonya dengan ada objek manusianya karena bisa dibandingkan seberapa besar objek yang kufoto

beberapa bangunan harus disangga dengan tiang-tiang besi agar tidak ambruk karena kalah oleh akar-akar pepohonan yang mirip ular anaconda ini 
serasa kecil...





Di dalam Ta Phrom ada salah satu bangunan yang menurutku unik, karena bangunannya kecil tapi bisa menghasilkan gema yang luar biasa. Oleh Mr. Guide, kita disuruh lomba untuk membuat gema, siapa yang bisa membuat gema di dalam candi tersebut maka dia adalah orang yang beruntung. Jadi kita nurut aja nih…. Satu persatu teriak sekencang-kencangnya tapi tidak satupun yang bisa membuat gema...waduh kita serombongan orang yang ga beruntung semua dong. Kemudian Mr. guide menyuruh kita menepuk dada kita…pelan doang, tapi wow…gemanya luar biasa, langsung menggema di candi kecil tersebut.

ini candi "keberuntungan" yang kumaksud 
atap candi berlobang untuk menghasilkan efek gema 
sesajian di dalam candi 
berusaha sekeras mungkin teriak untuk menghasilkan, kelihatan banget kalau kepengin disebut orang beruntung hehehehe
ternyata cukup menepuk dada bisa menjadi orang yang beruntung ^_^

Menurut sejarah, dulu kalau ada orang yang sakit datang ke candi Ta Phrom  dan menyembuhkan sakitnya di kuil ini dengan cara menepuk-nepuk dadanya. Dan melalui gema yang memantul dari tepukan dada tersebut katanya orang yang sakit tersebut bisa sembuh. Believe it or not ??? It’s up to you.
Keluar dari komplek Ta Phrom lewat jalan umum yang biasa dilalui pengunjung, dan memang pastinya lebih menantang rute yang jalur khusus.



Ketiga gambar di atas adalah jalan masuk umum. Berpose dengan peserta Angkor tour dari berbagai negara di gerbang umum

Dari Ta Phrom kita meluncur ke Phnom Bakheng untuk melihat matahari terbenam, karena di ketinggian Phnom Bakheng merupakan tempat strategis untuk melihat keindahan matahari terbenam.


sama dengan candi yang lainnya yang kita kunjungi, tingkat teratas ditutup karena malam bulan purnama


Phnom Bakheng adalah candi terakhir untuk Angkor tour kita, dan tempat yang “harus” dikunjungi selanjutnya adalah toko souvenir. Jadi semua tour guide di Siem Reap ini udah ada SOP-nya bahwa setiap akhir tour harus membawa turis ke toko souvenir resmi yang ditunjuk oleh dinas pariwisata di sana. Dan ternyata toko souvenir yang ditunjuk tersebut adalah toko souvenir yang kita berdua kunjungi tadi siang…hahahahaha….

Sebenarnya kalau pengin beli gantungan kunci atau kartu pos atau pernik-pernik khas Siem Reap, mending beli di area wisatanya. Karena sebelumnya aku sudah mampir di toko souvenir ini dan sudah survey harga gantungan kunci di sini sekitar USD5/biji. Waktu di Phnom Bakheng banyak anak-anak kecil yang menawarkan kartu pos dan souvenir, dan disini harganya lebih masuk akal dan bisa ditawar. Aku beli kartu pos isi 10biji seharga USD1, lalu gantungan kunci isi 6 seharga USD5, lebih murah kan... Tapi jangan risih karena kalau kita mulai menawar ke salah satu anak kecil tersebut maka kita akan langsung dikerubutin anak-anak kecil penjual souvenir yang lainnya.

Dari toko souvenir, peserta tour yang tidak memesan untuk pertunjukan Apsara Dance langsung diturunkan di hotel, tinggal empat orang termasuk aku dan Lusi yang mau nonton Apsara Dance diantar ke restoran tempat kita mau nonton tari tersebut.

Harga USD12 tersebut termasuk makan buffet sepuasnya. Menunya menurutku lumayan lengkap dan enak, mulai khasnya Cambodia, khas Jepang, Korea, Thailand, sampai menu western tersedia lengkap plus buah, jus & camilan. Kalau soal Apsara Dance-nya menurutku lebih bagusan tari Bali, gambyong, jaipong, dll tarian Indonesi…hehehehe bangga negeri sendiri. Tapi tiap tarian dari daerah atau negara manapun pasti ada kekhasan dan keunikannya sendiri-sendiri kan...jadi harus ditonton. Sambil makan kita disuguhi sekitar 6 tarian tradisional, semacam Rama & Shinta, trus tari permainan muda-mudi, tari Merak (karena kostumnya pakai kostum burung merak hahahaha) dan yang terakhir adalah Apsara Dance itu sendiri. Yang nari Apsara cantik.. (^_^)







Selesai pertunjukan, langsung diantar kembali ke hotel dan mulailah packing (…dan tasku tambah berat saja tiap harinya) buat melanjutkan besok ke Bangkok.


Road Cruiser
Hari 7 : 12 Maret 2013

Hari ini kita kembali akan duduk manis di dalam kendaraan selama berjam-jam untuk perjalanan dari Siem Reap ke Bangkok lewat jalan darat. Jam 7 pagi kita sudah siap di loby hotel. Sambil menunggu bis yang ke Bangkok, kita sarapan dan menyelesaikan semua pembayaran. Dan ternyata bus yang ke Bangkok bukan dari Shinh Tourist, tapi kita diantar ke agen bis lain namanya Capitol tour. Tepat jam 8 pagi bus berangkat, dan penumpangnya bukan cuma turis, penduduk lokal juga banyak yang naik bis ini.

Perjalanan ke border ditempuh selama 3 jam. Sampai di Poipet (bordernya Cambodia) turun dari bis beserta bagasi kita dan di dada kita ditempeli stiker kecil warna biru sebagai penanda di pintu keluar border Thailand nantinya. Di Poipet ini, begitu kita turun dari bis dan akan mengambil bagasi, kita langsung dikerumuni poter yang menawarkan jasa angkut. Kalau memang bawaan anda berat dan butuh poter pastikan deal harga dulu ya, kalau tidak butuh poter ya langsung tolak saja, dan segera bawa barang bawaan anda, karena mereka agak sedikit memaksa.

Kantor imigrasi Cambodia di Poipet ini kecil banget, dan kita harus antri di luar ruangan yang panas dan sesak. Setelah selesai di imigrasi Cambodia, langsung jalan aja sekitar 100 meter melewati kasino-kasino dan jalan raya yang crowded ke imigrasi Thailand. Imigrasi Thailand ada disebelah kiri jalan, dan begitu masuk jangan lupa ambil kartu kedatangan yang sudah ada stempel nomor antriannya, karena kalau nggak, sudah terlanjur antri panjang disuruh balik lagi sama petugas imigrasi-nya dan harus antri lagi dari awal. Begitu masuk ruang imigrasi Thailand langsung terasa bedanya dengan kantor imigrasi Cambodia. Di sini langsung adem dan terlihat bersih dan teratur.

panas & berdesakan di dalam kantor imigrasi Kamboja di Poipet
Pintu gerbang perbatasan Kamboja Thailand
sempat terpukau lihat gerobak-gerobak dan truk-truk di perbatasan Poipet ini.... semuanya overloaded dan sepertinya emang sudah biasa kayak gitu sehari-harinya...kasihan yang narik gerobaknya...lebih kasihan lagi ban gerobak (^_^))

Keluar dari proses imigrasi Thailand, ada pemeriksaan bagasi dan setelah itu yang memakai stiker di dada, langsung dikumpulkan di rest area dekat Rongkluea market menunggu van yang akan membawa kita ke Bangkok. Total waktu selama proses di border sampai dengan benar-benar naik van sekitar 2 jam.

Van yang kita tumpangi adalah sejenis Toyota Komuter yang sebenarnya bisa muat untuk 12 orang, tetapi barang-barang para turis ini segede gaban semua, jadinya diisi 10 orang saja sudah empet-empetan. Malah aku dan Lusi duduk pas disebelahnya tumpukan bagasi, karena dianggap kita yang paling kecil badannya dibandingin semua turis di van tsb. Padahal sebelumnya kita sudah dapat posisi yang enak lho..., tapi dipaksa pindah sama sopirnya supaya dia bisa mengangkut lebih banyak orang. Karena kalau bule yang duduk dekat tumpukan bagasi ini cuma bisa muat 1 orang.

awassss ketimpa bagasi....aaarrrggghhhh %&%++****

Perjalanan ke Bangkok ditempuh selama 4 jam dengan satu kali berhenti di pom untuk isi gas dan sekalian beli makan di 7/11 di pom tersebut.


menu ala 7/11 : murah, enak, kenyang (menurut seleraku lho ya...)


Jam 5 sore kita nyampe Bangkok, dan kita minta diturunin di Victory monument, karena van tersebut perhentian akhirnya di daerah Khaosand Road. Kalau turun di Khaosand Road bagiku lebih susah transportasinya karena kita nginap di daerah Asok. Dari Victory monument kita naik BTS ke Asok menuju Tune Hotel tempat kita menginap.

Victory monumen tempat aku diturunkan di Bangkok

Ini kedua kalinya aku ke Bangkok. Pengalamanku pertama kali ke Bangkok bisa dibaca disini.

Sampai di Tune Hotel, waktu kita check-in dengan menunjukkan booking voucher, kita langsung ditolak karena katanya kita sudah melewati batas waktu check-in....whatttt??? Jadi menurut mbak receptionisnya waktu check-in di Tune hotel ini dibatasi sampai jam 9 pagi keesokan harinya. Emang ada ya peraturannya yang kayak gitu ?? kok baru tahu ya ?? di syarat & ketentuan juga kayaknya ga ada disebutin itu.
Akhirnya otot-ototan tuh sama mbak resepsionis, lha wong kita udah bayar untuk 3 malam kok mau ditolak, kan kamar itu berarti udah hak kita. Akhirnya setelah macam-macam argumen dan mereka tanya ke manager-nya, kita diperbolehkan check-in....wew capek deh.

Kenapa sih sebenarnya kita sampai terlambat check-in. Seperti yang aku ceritakan sebelumnya, karena sebenarnya kita kan maunya cuma sehari saja di Siem Reap, tour setengah hari untuk Angkor dan setengah harinya langsung ke Bangkok, tapi setelah nyampe Siem Reap kok dipikir-pikir rugi kalau cuma setengah hari Angkor tour, makanya trus diperpanjang, jadinya waktu check-in kita di Tune hotel molor sehari dari jadwal semula.

Ada kejadian memalukan yang membuat kita serasa orang udik banget.... Saat check-in kita dikasih kunci kamar berupa kartu, kalau ini aku memang sudah tahu, dan ternyata kartu itu juga sekalian untuk menggerakkan lift. Saat masuk lift sudah kita pencet-pencet ke lantai kamar kita kok lift-nya gak gerak-gerak, akhirnya pindah ke lift sebelahnya dan tetap sama saja lift-nya nggak gerak sama sekali, dan bodohnya kita kenapa nggak baca petunjuk yang ada di bawah tombol-tombol tersebut. Akhirnya kita complaint ke mbak reseptionis yang tadi nolak kita, dikasih tau kalau kartu-nya harus di-tap-kan dulu ke scanner yang ada di dalam lift lalu pencet tombol lantai kita.....duh malu deh, gaptek.




 ada TV tapi ga bisa nyala karena harus bayar lagi...(you pay what you get)

Setelah mandi kita nggak mau buang-buang waktu, langsung saja meluncur ke daerah Sukhumvit, karena kalau malam hari ada pasar malam di sepanjang jalan ini, terutama di depan Central World Plaza. Dari BTS Asok kita turun di Chitlom dan kemudian jalan kaki menuju Central World.

pose dulu di depan airmancur yang ada di depan Centralworld...

Karena kita di Bangkok bukan pas Sabtu dan Minggu jadi kita nggak bisa ke Chatuchak week-end market, jadi di Sukhumvit inilah sasaran kita untuk belanja, harganya juga murah-murah kok dan masih bisa ditawar kalau beli lebih dari 2. Segala macam model pakaian ala korea ada di jalanan ini, dan kalau masih kurang bisa masuk ke sebuah toko persis di depan Central World, namanya Super K. Di Super K ini segala macam pakaian ala korea ada di sini dan dengan harga yang sangat-sangat murah. Mulai topi, sabuk, sepatu, pakaian musim dingin, blazer dan pernik-pernik korea ada disini, tapi harus jeli milihnya ya, karena kayaknya memang barang dari korea semua karena masih ada harga yang tercantum dalam Korean Won tapi mungkin kualitas KW yang keberapa gitu.

Di daerah Sukhumvit ini memang benar-benar ramai kalau malam hari, semua stand makanan penuh sesak. Aku sih cuma makan gorengan yang dijual dipinggir-pinggir jalan yang semuanya enak, dan ngicipin durian juga lho..., tapi kok rasanya kayak kue ya... kalau duriannya di Indonesia kan manis trus ada pahit-pahitnya kayak alkohol gitu kan, nah kalau durian yang aku beli ini cuma manis saja dan teksturnya juga lembut kayak kue, ga ada serat-nya sama sekali. Mungkin kayak di Indonesia juga, durian disinipun banyak macamnya dan mungkin kebetulan yang aku beli yang jenis manis dan tanpa serat.

semua meja kursi di tempat makan full, ga ada tempat kosong sama sekali....luar biasa Bangkok



kulitnya masih hijau tapi ternyata sudah matang dan muanisss....kayak yang makan

Jam 9 malam kita balik ke hotel, capek dan langsung tidur. Kalau hari ini capeknya bukan karena jalan-jalannya tapi karena kebanyakan duduk di bis & di van selama perjalanan ke Bangkok.

The Ancient City
Hari 8 : 13 Maret 2013

Hari ini kita mau ke Ayutthaya, the ancient city. Pagi jam 6 kita sudah keluar dari hotel, dan jalanan Bangkok masih sangat sepi jam segitu. Tujuan kita adalah stasiun kereta api Hua Lamphong, karena kereta yang ke Ayutthaya berangkat dari stasiun ini. Dari Tune hotel naik MRT dulu dari Sukhumvit ke MRT Hua Lamphong, dan stasiun kereta apinya bersebelahan dengan stasiun MRT.

Nyampe stasiun kereta kita bingung karena semua tulisan pakai bahasa cacing, untungnya ada petugas di pintu masuk yang bisa bahasa Inggris, dan sama dia langsung diarahkan ke loket karcis ke Ayutthaya, dan untunglah kita pas jam nyampenya karena 10 menit lagi kereta akan berangkat. Kalau terlambat 10 menit aja kita harus nunggu kereta yang berangkat 1.5 jam lagi.

Tepat jam 7 pagi kereta berangkat. Keretanya persis kayak kereta api di Indonesia, duduk-nya hadap-hadapan dengan penumpang lain, di tiap stasiun berhenti dan kecepatan jalannya juga sama persis. Yang beda adalah kereta di sini kebanyakan on-time, kalau telatpun di umumkan di papan pengumuman, dan pedagang asongan masih bebas keluar masuk menjajakan dagangannya.

Kenapa aku pilih naik kereta api padahal banyak alternatif kendaraan lain yang lebih cepat. Karena lebih gampang dan murah meriah, cuma THB20 untuk 2 - 2.5 jam perjalanan.

Meskipun di setiap stasiun berhenti tapi karena tulisan nama stasiunnya memakai huruf cacing, lagi-lagi kita bingung gimana cara kita tahu kalau sudah sampai stasiun Ayutthaya. Saat kondekturnya berkeliling memeriksa tiket penumpang, kita langsung minta tolong ke dia untuk memberitahu kita kalau sudah mendekati stasiun Ayutthaya, dan memang benar saat kereta mau masuk stasiun Ayutthaya pak Kondekturnya langsung ngasih tahu kita. Jadi kalau naik kereta api dan kalian tidak bisa membaca petunjuk langsung minta tolong ke pak kondekturnya aja untuk ngasih tahu dimana kita harus turun. Tapi karena Ayutthaya ini adalah salah satu tujuan favorit turis, maka banyaknya penumpang yang turun bisa dijadikan acuan juga, tapi dari pada kesasar kan mending nggak...hahahaha (apaan sih ini)

Sampai Ayutthaya sekitar jam 9 pagi dan kita langsung disambut oleh makelar-makelar tuk-tuk yang menawarkan jasanya. Kenapa ada makelar ? karena kebanyakan supir tuk-tuknya nggak seberapa fasih bahasa Inggris. Kalau untuk nunjukin tempat-tempat wisatanya aja bisa, tapi kalau harus nego dan ngomong sedikit agak rumit mereka kesulitan, makanya ada perantara si makelar ini tadi.

Karena dari pertama kali rencana ke Ayutthaya ini kita memang mau explore naik tuk-tuk kita akhirnya nego harga dengan makelar tersebut.  Yang lucu, sebelum memulai nego, pak makelar tersebut menunjukkan sebuah buku kecil tempat para tamunya dia menulis review beserta harga-harga yang disepakati oleh masing-masing tamu. Mungkin untuk menunjukkan bahwa dia bukan penipu dan harga yang ditawarkan emang sudah umum berlaku untuk para turis yang datang ke Ayutthaya. Yang pertama kali dia tunjukkan adalah tamu yang menulis review dengan harga THB1000 untuk 3 jam, kemudian ditunjukkan lagi yang THB800, dan kebanyakan adalah THB750. Tapi aku nggak mau kalau harga segitu, akhirnya deal dengan harga THB600 tersebut untuk 3 jam dan mengunjungi 7 wat yang paling terkenal di Ayutthaya. Dan aku nggak disuruh nulis review dibukunya dia, takut menjatuhkan harga kali ye....

Sebelum berangkat keliling Ayutthaya kita beli nasi bungkus dulu karena belum sarapan dan sekalian buat makan siang.

Kupikir tuk-tuk yang akan kita naiki semacam yang di Bangkok, ternyata tuk-tuk di Ayutthaya lebih mungil dan warnanya dicat warna warni. Tapi aku nggak dinaikkan tuk-tuk tapi sebuah kendaraan pick-up yang sudah dimodifikasi dengan dudukan yang mungkin bisa muat untuk 10 orang. Jadi kalau perginya dengan rombongan yang lebih besar, ongkos tuk-tuk bisa lebih hemat lagi karena dibagi orang banyak.

ini bentuk tuk-tuk yang di Ayutthaya, colorfull, tapi kita ga naik yang ini

ini dia "tuk-tuk"  yang kita naiki

bisa muat 10 orang lebih

Tempat pertama yang kita kunjungi adalah Wat Yai Chaimongkhol yang dibangun sekitar tahun 1300-an. Di wat ini terdapat stupa besar yang di dalamnya ada patung Buddha. Juga ada banyak patung Buddha yang lebih kecil di sekitar stupa tersebut dan di sisi lain ada reclining Buddha. Entrance fee THB20.

 Tiket masuk Wat Yai Chaimongkol
Bangunan utama
Didepan bangunan utama ini ada stupa yang didalamnya terdapat patung Buddha dari batu pahat, tapi stupanya sudah rusak tinggal Buddha-nya aja
pemandangan dari atas puncak Wat
many Buddha
ini Reclining Buddha yang ada di Wat Yai Chaimongkol
 ini gedung untuk sembahyang..

 patung-patung di dalam tempat sembahyang

Wat kedua yang kita kunjungi adalah Wat Panan Choeng, dimana terdapat Big Sitting Buddha yang terbuat dari emas. Dan menurutku untuk Wat ini tidak ada istimewanya, sangat biasa tapi pengunjungnya luar biasa banyaknya, dan kebanyakan bukan turis tapi orang lokal yang sembahyang di sana.  Free entrance


Wat ketiga yang kita kunjungi adalah Wat Mahathat yang terkenal dengan kepala Buddha yang terlilit akar pohon. Entrance fee-nya THB50. Dan kalau mau foto di depan kepala Buddha tersebut nggak boleh berdiri lho..., kita harus jongkok. Kalau berdiri dianggap menghina, dan ada petugas yang menjaga dan yang akan mengingatkan pengunjung kalau pengunjung foto terlalu dekat atau foto sambil berdiri.


Buddha head di Wat Mahathat
Peringatan dilarang foto sambil berdiri
sisi lain dari Wat Mahathat (puing..)

sisi lain dari Wat Mahathat (lagi-lagi puing..)


Wat keempat adalah Wat Ratchaburana yang bersebelahan dengan Wat Mahathat, dulunya adalah semacam gedung besar semacam aula  untuk tempat upacara kerajaan atau keagamaan..., kalau sekarang sih bentuknya udah ga karuan, puing-puing dimana-mana dan temboknya miring, aku sampai takut kalau lewat dekat-dekat dengan tembok tersebut. Entrance fee 50bath.


pintu masuk utama

hall utama


puing
another puing...
dalam proses renovasi karena banyak bangunannya yang sudah hampir ambruk, yang mengerjakan adalah teknisi-teknisi dari Jerman



Wat kelima yang dikunjungi adalah Wat Phra Mongkhon Bophit atau biasa disebut Royal Palace atau Grand Palace oleh warga lokal, dimana didalamnya terdapat salah satu bronze Buddha image yang terbesar di Thailand, yang tinggi totalnya mencapai 16.95 meter.


di depan Royal Palace tempat Bronze Buddha berada
ini dia patung Buddha-nya, semakin kelihatan tinggi dan besar karena dudukannya sendiri sekitar 4 meter
from behind
pita-pita persembahan


Wat keenam dan masih satu kompleks dengan Wat Phra Mongkhon Bophit ini adalah Wat Phra Sisanpeth, dimana didalam ketiga stupa utama-nya terdapat abu raja-raja Ayutthaya beserta keluarganya. Karena letaknya di dalam Royal Palace maka tidak ada biksu yang tinggal di tempat ini. Wat ini digunakan untuk pemujaan pribadi keluarga kerajaan dan menyimpan abu mereka yang telah meninggal.





Wat terakhir adalah Wat Lokayasutharam atau Temple of Sleeping Buddha. Dari namanya udah ketahuan kalau ini adalah tempat Sleeping Buddha/Reclining Buddha berada. Sebenarnya yang benar adalah Reclining Buddha karena sang Buddha cuma berbaring lho...bukan tidur (karena matanya masih melek). Ini adalah posisi-nya dia menuju nirwana.

sayang patungnya sudah agak sedikit rusak karena kalau banjir pasti terendam air cukup dalam, dan juga kena panas dan hujan karena letaknya diluar ruangan
tinggiku nggak sampai 5 jari kakinya

Untuk ketujuh wat tadi, waktu yang diperlukan benar-benar pas 3 jam, dan setelah selesai semua kita dikembalikan lagi ke stasiun Ayutthaya dan menyelesaikan urusan pembayaran. Sebenarnya kita ditawari kalau mau mencoba naik gajah, tapi kita takut dan malas kalau harus nambah lagi untuk sewa tuk-tuknya.


Siang ini kereta-nya agak sedikit terlambat, tapi untunglah karena terlambat jadinya kita bisa keburu naik kereta tersebut. Jam 1 siang kita naik dengan ongkos THB15 dan sampai di stasiun Hua Lamphong jam 15.30. Dan kali ini keretanya penuh sesak, tapi untunglah dapat tempat duduk. Padahal yang kereta pagi pas kita berangkat longgar banget lho..

Sebelum lanjut jalan-jalannya kita mandi  dulu di hotel, karena sore ini rencananya aku dan Lusi mau ketemu sama Siwon Super Junior...(^_^)) jadi harus mandi yang bersih dan wangi. Apalagi setelah jalan-jalan di Ayutthaya badan gosong semua karena panasnya minta ampun deh..., badan rasanya lengket semua kena keringat.

Sudah rapi, kita langsung ketempat janjian di Korean Town atau biasa disebut Arirang atau Sukhumvit Plaza. Korean Town ini dekat banget sama Tune Hotel, beda Soi/gang aja. Kalau dari BTS Asok keluar saja dari exit 4 kemudian turun melalui tangga yang sebelah kanan, trus jalan aja terus kira-kira 100 meter, langsung ketemu deh sama Korean town. Di sini segala macam restoran korea dan penjual pernak-pernik korea kumpul jadi satu. Dan salah satu restoran fast food yang ada disitu namanya Kyochon Chicken, nah sambil makan malam disinilah kita janjian ketemu sama Siwon Super Junior.






akhirnya bisa ketemu Siwon Suju...(^_^)) bisa peluk juga...

dapat hadiah kalender & ballpoint...asyik...

Puas ketemu sama Siwon, kita lanjut jalan-jalannya ke Siam Paragon. Tujuan kita adalah ke Food Hall di lantai dasar Siam Paragon. Disana kita beli oleh-oleh cemilan khas Thailand di supermaket dekat Food Hall tersebut, dan sekalian minta dipacking pakai box disana, gratis.

Dari Siam Paragon, lanjut ke MBK. Setelah capek, balik ke hotel...tidur...(^_^))


Karma tuk-tuk
Hari 9 : 14 Maret 2013

Hari ini adalah hari terakhir perjalananku kali ini. Karena penerbangan kami ke Surabaya masih nanti malam, jadi siang ini rencananya kita mau ke Wat Pho dan Grand Palace. Kedua tempat ini sebenarnya masuk agenda saat perjalanan pertamaku ke Bangkok tahun lalu, tapi tidak jadi kukunjungi saat itu. Jadi sekarang adalah kesempatan untuk ke sana.
Pagi jam 7 kami sudah check-out dari hotel dan menitipkan bagasi kami ke pihak hotel. Dan yang membuatku shock tapi ga bisa berbuat apa-apa adalah….ternyata kalau titip bagasi di Tune Hotel harus bayar THB100 per bagasi dan kita punya 3 bagasi yang harus dititipin. Padahal kalau di penginapan lain gratis kan ?? Tapi terpaksa harus dititipin karena kalau jalan-jalan dengan membawa bagasi yang retsletingnya aja susah ditutup dan beratnya udah naik 3 kali lipat dari saat berangkat  tahu sendiri kan rasanya, pasti ga nyaman banget.
Setelah dengan berat hati mengeluarkan THB300 diantara sisa-sisa bath, kita langsung naik BTS ke Saphan Taksin untuk naik boat menuju Wat Pho. Tahun lalu kita naik tourist boat seharga THB40, kali ini kita naik boat umum yang ada bendera biru-nya cuma THB15. Bayarnya langsung diatas boat, kondekturnya cewek bawa kaleng yang isinya koin, sambil kalengnya dibunyikan krincing krincing suara koin di dalam kaleng.
Turun di Tien Pier, kita langsung menuju Wat Pho yang cuma 100 meter dari Tien Pier dan ternyata baru buka jam 08.00 pagi, masih setengah jam lagi jadi kita duduk-duduk dulu di taman pinggir sungai sambil melihat kesibukan sungai Chao Praya.

Taman dekat Wat Pho & Grand Palace
suejuk..., semilir karena dipinggir sungai


 macam-macam teratai di kolam taman tersebut
 sambil lihat kesibukan sungai Chao Praya
Wat Arun terlihat dari taman ini

Tepat jam 08.00 kita langsung beli tiket masuk Wat Pho THB100, dan enaknya karena masih pagi jadi tidak seberapa panas dan masih sepi pengunjung jadi kita bebas foto-foto tanpa harus antri. Bayanganku pertama kali Wat Pho ini ya cuma ada patung reclining Buddha saja, tetapi ternyata banyak bangunan lain di dalamnya dan luas banget karena ada sekolah-nya, ada tempat pemujaan-nya, ada tempat para biksu belajar dan sekaligus tempat tinggal mereka  dan ada sekolah pijat juga. Pengunjung yang kepingin pijat ala Thailand bisa mencoba, tapi aku nggak tahu tariff-nya karena nggak nyoba (kantong udah tipis).

Wat Pho atau Wat Phra Chettuphon Wimon Mangkhlaram Ratchaworamahawihan dibangun di akhir abad 17 oleh King Rama I dengan luas 80.000 meter persegi merupakan wat tertua dan terluas di Bangkok. Dibangun sebagai tempat mempelajari obat-obatan tradisional Thailand juga sebagai tempat menaruh abu jenazah anggota kerajaan dan abu Buddha.

Di masa sekarang, kompleks Wat Pho menjadi tempat dari lebih 1000 patung image Buddha, sekolah pijat terkenal di Bangkok dan juga sekolah umum bagi warga sekitar. Ada hampir sekitar 100 stupa di dalam komplek dimana 71 stupa berisi abu keluarga kerajaan, 21 stupa yang lebih besar berisi abu Buddha, 4 stupa besar untuk menghormati raja.

Di seluruh kompleks ada 16 pintu gerbang yang masing-masing dijaga oleh sepasang patung raksasa dari China yang diukir dari batu dan patung-patung ini didatangkan langsung dari China karena dulu ada perjanjian dagang dengan China.

patung penjaga gerbang, dari pahatan batu utuh
Wat Pho opening hour 08.00 - 16.30 everyday
tarif untuk tour guide kalau mau pakai jasa mereka
ada sekitar 1200 patung Buddha di seluruh area Wat Pho, dengan berbagai macam ukuran dan pose



Patung reclining Buddha-nya sendiri yang menjadi ciri khas Wat Pho, terbaring dengan tinggi 15 meter dan panjang 43 meter. Telapak kaki-nya dengan tinggi 3 meter dan panjang 4.5 meter dihiasi dengan mutiara dan ditelapak kaki tersebut dibagi menjadi 108 panel yang masing-masing panel ada symbol keberuntungan Buddha yang dilambangkan seperti : bunga, penari, gajah putih, harimau dan lain sebagainya.


 

Di sisi belakang patung tersedia mangkuk perunggu berjumlah 108 juga yang juga melambangkan keberuntungan. Orang yang datang akan menjatuhkan koin ke dalam mangkuk perunggu tersebut sebagai lambang keberuntungan

Sekitar dua jam di dalam kita keluar karena lapar belum sempat sarapan tadi pagi. Begitu keluar dari komplek Wat Pho, jalanan luar kuil yang tadi pagi sepi sekarang sudah banyak bis-bis pariwisata yang parkir di sekeliling kompleks. Dan jam 10-an pagi matahari Bangkok sudah menyengat. Kita makan di pinggir jalan diluar kompleks Wat Pho, dengan lauk debu dan asap kendaraan plus saos panas matahari (hahahahaha…lebay.com)


makan lauk asap bis..., tapi enak kok (gara-gara lapar)

kayak makanan dirumahku : lodeh + telur dadar

Setelah selesai makan, kita jalan ke kompleks Grand Palace. Dan memang betul seperti yang kubaca di internet bahwa kalau ga hati-hati bisa kena scam tuk-tuk di daerah ini. Pas kita enak-enaknya jalan, kita disamperi oleh bapak-bapak yang  pura-pura kenalan dan nanya-nanya ke kita dari negara mana, trus mau kemana aja, dan dia cerita daerah-daerah wisata yang bisa kita kunjungi. Kita ngomong baik-baik aja ke bapak tersebut, nggak berusaha menghindar atau mengusir dia. Trus kalau dia bilang ada tempat wisata bagus, kita bilang kalau kita sudah pernah kesana karena kita sering pergi ke Bangkok. Trus dia nanya, lha sekarang ini mau kemana, kita jawab : just want to take a walk to spend our time before go back to our country.…hahahaha… akhirnya bapak tersebut pergi karena mangsanya ga kena… hehehehehe.      
penjaga grand palace...wkwkwkwk

Dan emang akhirnya hari terakhir ini kita cuma bisa jalan-jalan sekitar Grand Palace menghabiskan waktu doang, karena setelah dihitung-hitung uang kita nggak cukup untuk masuk Grand Palace, kebanyakan belanja sih dan gak nyangka harus bayar untuk nitip bagasi (dapat karma dari bapak tuk-tuk yang kita bohongi tadi..hehehehe), padahal kita masih harus menyisihkan untuk naik boat dan BTS kembali ke hotel, taxi ke bandara dan makan siang + malam kita. Jadinya diputuskan : "Masuk Grand Palace kalau next kita kesini lagi. Amin."
Dan berkat karma bapak tuk-tuk, beneran kita cuma jalan aja ga tentu arah mo kemana. Dan karena waktu masih lama sedangkan kita bingung mau kemana lagi, kita balik ke Saphan taksin dan duduk-duduk agak lama di sana, kemudian muter-muter di Siam Center sambil bernarsis ria.
Sama cantiknya dengan yang ada di background-nya kan ?




Jam tiga sore kita balik ke hotel untuk ambil bagasi, kemudian untuk makan siang dan malam beli nasi dan roti di 7/11. Dan untuk menghemat waktu (sekaligus menghemat uang juga) untuk ke bandara Don Mueang kita kombinasikan dua moda transportasi. Pertama kita naik BTS dulu ke BTS Mo Chit untuk menghindari kemacetan di MBK dan Victory monument, lalu dari Mo Chit kita naik taxi ke Don Mueang. Sebenarnya dari Mo Chit bisa naik bis no. 29, tapi waktu tempuhnya bisa 1 sampai 1.5 jam, sedangkan kalau naik taxi dari Mo Chit ga sampai setengah jam sudah sampai Don Mueang.
Bandara Don Mueang tidak sebesar bandara Suvarnabhumi, tapi ga kalah bersih & bagus, dan seperti Suvarnabhumi dimana ada spot-spot yang bisa kita jadikan tempat narsis. Tempat check-in sedikit dan kecil sehingga saat antrian membludak jadi agak tidak teratur karena antrian sampai mengular keluar melewati pintu masuk tempat scanning bagasi.

di depan gambar miniatur grand palace

ada ruangan khusus untuk yang mau tidur sejenak di kasur empuk, gratis tapi berbaur dengan banyak orang

Selesai check-in dan proses imigrasi, menghabiskan sisa bath buat beli tas naraya di duty free di dalam bandara.
Uang yang aku bawa untuk perjalanan kali ini sbb :
USD 350   x Rp. 9.800,-    = Rp. 3.185.000,-
THB 3300 x Rp. 320,-       = Rp. 1.056.000,-
MYR 75    x Rp. 3.220,-     = Rp.    241.500,-
IDR 170.000                    = Rp.    170.000,-
Total dalam Rupiah :         = Rp. 4.652.500,-
(belum termasuk tiket pesawat dan hotel yang sudah dibeli di Indonesia)

Di bawah ini adalah  detail semua pengeluaranku selama 9 hari, dan seperti biasa porsi terbesar adalah untuk belanja dan oleh-oleh. Sepertinya orang Indonesia tidak bisa meninggalkan kebiasaan membawakan oleh-oleh untuk "semua" yang dikenalnya...hehehehe, meskipun cuma gantungan kunci.


Total pengeluaran Rp. 6.300.00,- untuk 4 negara. Ayo geng GJ, next trip kemana nih...??? Ga ada kalian Ga GJ (^_^)